Lihat ke Halaman Asli

TEATER : ANTARA RASA DAN PROFESIONALITAS

Diperbarui: 10 April 2022   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Tanggal 27 Maret 2022 yang lalu adalah Hari Teater 2022. Banyak sekali postingan mengenai Hari Teater sedunia ini. Kata-kata "Teater" ini mengingatkan saya pada masa-masa dimana saya banyak meluangkan waktu untuk menyanyi, menari dan bermain drama di Opera yang diadakan oleh Komunitas yang saya ikuti dulu, Voice Of Indonesia.

Walau pengertian teater dan opera memang berbeda, tapi keduanya mengandung kegiatan"akting". 

Berdasarkan brainly.com teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media: percakapan, gerak, dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis. Opera berarti drama musik, yaitu drama yang menonjolkan nyanyian dan musik. Jadi keduanya adalah drama, tapi kalau opera ada unsur ke musikalnya.

Masa-masa itu adalah masa dimana saya dan teman-teman sering "manggung" di berbagai mal keren di Jakarta seperti Central Park, Grand Indonesia, dan Pacific Place; juga di Goethe Institute dan gedung pertunjukan di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Bahkan rombongan VOI juga sempat manggung di Sydney dan Singapore.

Untuk beberapa event ada beberapa pemain teater yang ikut serta tampil di panggung. Sebut saja Rita Matu Mona, juga Jajang C.. Noer (https://celebrity.okezone.com/read/2017/04/25/205/1675849/upaya-jajang-c-noer-dkk-pertahankan-budaya-batak).

Rita Matu Mona adalah pemain teater tenar yang meraih Penghargaan MURI sebagai pemain yang tidak tergantikan dalam 82 episode. Sejak tahun 1980, ia menjadi pemain di Teater Koma dan sudah mementaskan banyak naskah drama Nano Riantiarno, seperti, Bom Waktu, Sampek Engtay, Opera Kecoa, dll. Pernah juga mementaskan beberapa naskah dari penulis asing seperti, The Crucible karya Arthur Miller, The Comedy of Error karya Bunchner, The Three Penny Opera, The Good Persons of Sezchwan karya Bertold Brecha, The Womans of Parlement karya Aristophanes, Animal Farm karya George Orwel, dll  (https://m2indonesia.com/tokoh/sastrawan/rita-matu-mona.htm).

Rita Matu Mona juga pernah menjabat sebagai Direktur di Universitas Al-Azhar dan Ketua dari Teater Akar (https://www.linkedin.com/in/rita-matu-mona-4ba9b03a/?originalSubdomain=id).

Sedangkan Jajang C. Noer adalah istri dari Alm. Jajang C. Noer pendiri Teater Koma. Jajang C. Noer telah dinominasikan untuk beberapa penghargaan, termasuk tujuh Piala Citra Festival Film Indonesia dan memenangkan dua diantaranya, sebagai aktris pendukung terbaik untuk perannya di film Bibir Mer dan Cinta Tapi Beda. Yayang (panggilan sayang Jajang C. Noer), adalah anak tunggal dari Dubes Indonesia untuk Perancis dan lahir di Paris (https://en.wikipedia.org/wiki/Jajang_C._Noer).

Bagi penonton mungkin tidak tahu bagaimana perjuangan para pemeran Opera ini sebelum tampil di panggung. Saya pribadi sangat terkesan dengan profesionalisme para Pemain Teater yang bekerjasama dengan kami di masa itu.

Sebut saja Rita Matu Mona. Dia selalu hadir ontime alias hadir tepat waktu. Padahal jam latihan itu, jika diadakan antara Hari Senin - Jumat start dari jam 06.30 sore WIB sampai selesai. Biasanya kami baru selesai jam 10.00 malam WIB. Sedangkan kalau Hari Sabtu kami latihan mulai dari jam 10.00 pagi WIB sampai jam 03.00 sore WIB. 

Ketika latihan, kami harus berulangkali mengulangi nyanyian, tarian atau ekspresi ketika ber-akting jika dianggap masih kurang sesuai oleh mentor kami. Selesai latihan, kami masih harus mendengarkan masukan dari mentor kami tentang latihan hari itu (yang biasanya berisikan keluhan akan kekurangan yang kami lakukan saat menyanyi, menari atau bermain drama).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline