Lihat ke Halaman Asli

Yekti Sulistiyo

Simpel saja, ya....

Berdoa atau Mendikte Allah?

Diperbarui: 5 Desember 2015   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kadang orang berdoa, seolah dirinya ingin mengatur Dzat Yang Maha Kuasa. Padahal Dia telah perintahkan : berdoalah kepada Ku, niscaya Aku kabulkan.

Bila dicermati, firman tersebut memerintahkan manusia untuk berdoa. Jadi, poin pentingnya adalah ketaatan menjalankan perintah Nya. Dalam hal ini ya berdoa itu tadi.

Lalu apa makna sebenarnya kata doa itu tadi? Apakah itu semacam redaksional yang memberi kemungkinan bagi manusia untuk mendikte Tuhan? Ah, sudahlah. Anda pasti memahami Allah Maha Kuasa. Termasuk kuasa untuk mengabulkan doa makhluknya. Jadi, tak perlu anda berdebat tentang siapa Yang Maha Kuasa. Bila dalam doa anda masih ada tercampur hasrat untuk 'mendikte' Allah SWT, menurut saya sangat disayangkan sekali.

Lalu bagaimana sebaiknya? Saran saya, memaknai kata doa terlebih dahulu, itu jauh lebih bijak. Sebab, secara makna, berdoa terlalu sempit bila hanya diartikan sebagai bentuk aktifitas menengadahkan tangan ke atas, sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang anda sendiri mungkin hanya hafal bahasa Arabnya saja, tanpa tahu persis semua artinya, apalagi maknanya.

Barangkali, para pedagang yang setiap hari tak kenal lelah berjualan di pasar, merekalah yang sedang berdoa, mengais rejeki dari Allah SWT. Barangkali petani yang tekun bercocok tanam, berpanas-panasan di sawah untuk merawat tanamannya hingga panen, atau mungkin gagal panen, merekalah yang berdoa. Atau barangkali para karyawan pabrik yang setiap hari harus bersusah payah menghasilkan produk yang berkualitas dengan cucuran keringat, merekalah yang berdoa. Entahlah, saya merasa sangat tidak pantas untuk memaknai kata doa untuk anda.

Penutup, mengutip apa yang pernah dikatakan beliau Kiyai Achmad Hasyim Muzadi, pengasuh Pesantren Mahasiswa Alhikam, bahwa seorang sufi sekalipun, dia tak bisa mengandalkan pemberian dari orang lain, dia harus bekerja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline