Lihat ke Halaman Asli

Yekti Sulistiyo

Simpel saja, ya....

Bukan Hanya Sebuah Komparasi, namun Banyak

Diperbarui: 8 November 2015   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan pecinta negeri orang. Saya sangat mencintai Indonesia. Bila orang lain memandang indah dan hebat negeri lain, hal itu tidak berlaku bagi saya. Memang, saat ini, saya selalu membandingkan negeri saya dengan Jepang, dimana orang lain pun mungkin akan melakukan yang hal yang sama jika berada pada posisi saya. Namun, bila Jepang lebih baik, saya pasti akan sedih, mengapa negeri saya tidak bisa seperti ini. Namun bila negeri saya lebih baik, saya pasti berteriak, memang begitulah negeriku. Indah dan kaya raya. Tak ada bandingnya.

Rata-rata, semua pertanyaan hampir sama yang disampaiakan pada saya. Bagaimana Jepang? Kerasan? Apa yang murah? Mahal? Harga komputer mahal? Orangnya bagaimana? Makanannya bagaimana? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang kerap dilontarkan. Dan tak jemu-jemunya, saya selalu mengulang-ulang jawaban kepada mereka. Pasti, akan saya mulai dengan statemen. Entahlah, mengapa Jepang bisa semaju ini. Sebuah jawaban yang datar. Memang betul. Jepang tak punya apa-apa untuk kaya. Tanah tandus, jauh bila dibandingkan negeriku.

Tetapi mengapa beras disini enak? Mengapa? Bukankah seharusnya beras di negeri ku harus berlipat-lipat kali enaknya? Tanah nan subur dan luas membentang, sarjana dan professor-profesor pertanian banyak tersebar seantero negeri. Bukankah seharusnya bisa dihasilkan beras Indonesia, kualitas nomer satu di dunia, bukan? Mobil-mobil disini kecil-kecil. Hanya sekitar 500-600 cc. Semacam karimun begitulah. Tapi jauh lebih kecil. Mobil 1000 cc sudah dikatakan mobil besar disini. Berarti, karimun adalah mobil kecil di Indonesia, tetapi mobil yang sudah termasuk kategori boros disini. Namun, mengapa di negeriku tercinta penduduknya lebih bangga menggunakan mobil besar, boros bahan bakar, berharga mahal, dimana produk itu sendiri sangat dihindari oleh Negara pembuatnya. Mengapa? Innova dan sejenisnya hanya digunakan oleh kantor-kantor dan keluarga-keluarga berjumlah lebih dari 4.

Mengapa di negeriku orang sangat bermimpi untuk membeli mercy, innova, grand livina, dan sejenisnya. Mengapa saudaraku dapat diperalat mereka? Hanya demi sebuah gengsi dan pengakuan kedudukan sosial, mobilku hebat, nyaman, dsb. Dimana hatimu wahai orang-orang kaya? Itu mobil, belum motornya. Motor disini kecil-kecil pula. Hanya 50 cc, semacam Kasea begitulah. Jelas sangat tidak laku di negeriku. Memandang sebelah mata pun tidak. Motor 100 cc sudah termasuk motor ber-cc besar. Tak ada itu sepeda motor Honda dan Yamaha sebagus motor Honda dan Yamaha di Indonesia. Bahkan, motor Honda tahun 70 masih diproduksi hingga saat ini! Gila. Benar-benar bangsa yang hemat, efisien, kalau tidak bisa dijuluki bangsa yang pelit. Entahlah. Pelit atau memang harus seperti ini.

Saya selalu menjuluki mereka dengan sebutan pedagang sayur sejati. Sayur yang baru dan segar akan mereka jual, tetapi sayur yang sudah tidak segar dan tidak bagus dikonsumsi sendiri. Politik mlijo, kubilang. Belum lagi, mereka sangat mencintai milik mereka sendiri. Pernah saya berlibur ke Kyoto bersama rombongan universitas. Kyoto adalah salah satu kota tua di Jepang. Kalau di Indonesia semacam Jogyakarta begitulah. Saat sampai disana, begitu terkejutnya saya, bayangan sebuah kota tua yang cantik, pudar di kepala saya. Pendapat saya, jauh lebih cantik Borobudur, Prambanan, Malioboro, dan sekitarnya. Tapi, mengapa mereka sangat membanggakan budaya mereka. Mereka pandai dalam mengemas budaya. Kalau kecantikan tempat-tempat wisatanya, jauh lebih cantik Indonesia.

Sampailah pada kesimpulan saya, bahwa saya kurang menghargai kebudayaan saya sendiri. Memandang remeh, Borobudur lagi, Borobudur lagi. Bosan Ah. Kok Jogja melulu. Baru saya tersadar kali ini. Negeriku ternyata cantik sekali. Tak ada bandingnya. Makanan? Entahlah. Hingga bulan ke-8 saya tinggal disini, lidah rasanya tak segera bisa menyesuaikan diri. Soysouce atau apalah namanya sauce Jepang tidak cocok di indra perasa saya.

Akhirnya, restoran-restoran waralaba yang saya datangi. Kali ini, juga keheranan yang amat sangat. Mengapa restoran sejenis KFC dan Mc D berukuran sangat kecil dan hampir jarang dikunjungi? Tetapi, mengapa restoran local yang menyajikan hidangan lokal, seperti udon, soba, sushi, dll ramai sekali penikmatnya? Sekali lagi. Mereka sangat mencintai semua miliknya, termasuk makanannya. Bukankah di negeriku, KFC, Mc D, Hoka-Hoka Bento, ramai sekali? Bahkan, bisa dikatakan sangat kuperlah kalau belum pernah kesana. O lala.Malu aku pada negeriku.

Setelah jauh merantau, barulah kutahu nikmatnya nasi rawon, nasi pecel, sambal tumpang, bahkan sayur lodeh. Alamak. Tak ada rempah-rempah disini. Karena itulah mengapa dulu dijajah negeriku. Hampir tiap bulan kami order rempah-rempah dari Indonesia. Semua hasil bumi dan kuliner negeriku teramat istimewa. Jauh amat berharga dan pantas untuk selalu dirindukan.

Selalu kuhitung hari-hariku disini. Kapan bisa pulang? Apakah saya tidak kerasan? Mengapa selalu merindukan tanah air? Kalau saya ini patriotis, tidaklah. Entahlah. Mungkin suasana tanah air tak dapat terbeli oleh apapun. Perasaan bangga pada negeri sendiri sangat terasa saat saya disini. Sekali waktu, saya diundang mengajar pada sebuah sekolah setara SMP kalau di Indonesia.

Disana, mereka ingin mengetahui dimana dan bagaimana Indonesia. Baru saya rasakan, beginilah ternyata perasaan nasioanalis itu. Dengan tegasnya, saya katakan, Indonesia sangat strategis (tidak sestrategis negerimu) lokasinya. Antara 2 benua dan 2 samudera. Selain itu kaya raya. Hasil tambang, minyak, hutan, dan pertanian, apa yang tidak kami punya. Semua kami punya. Budaya dan seni warisan leluhur kami sangat tinggi nilainya. Bandingkan dengan negeri lain. Pasti orang Jepang akan heran dan kagum.

Lalu mereka akan bertanya. Apa negerimu kaya? Orang-orangnya sangat kaya? Orang Indonesia pasti kaya ya? Nyaman ya hidup di negerimu? Wah, berarti tidak usah kerja keras seperti kami ya? Sampai disini, saya tak bisa menjawab. Ya. Indonesia lebih kaya dari Jepang. Namun, bila orang-orang Indonesia jauh lebih kaya dari Jepang, entahlah. Di satu sisi, ada beberapa orang Indonesia yang masuk urutan terkaya di sunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline