Lihat ke Halaman Asli

Yuniar Eka Risti

Berbagi cerita dan pengalaman lewat tulisan

Mi Ayam, Minya Bangsa Indonesia

Diperbarui: 16 April 2022   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mi ayam. Siapa yang tak kenal santapan satu ini? Di mana pun kita tinggal sejauh itu masih di wilayah NKRI, kita pasti bisa menemukan makanan satu ini. Mi ayam begitu populer sampai saya berani jamin bahwa pasti hampir semua orang pernah makan sajian ini.

Tempo hari saya kembali makan mi ayam di sebuah warung di dekat rumah. Warung mi ayam dengan ciri khas gerobak kayu yang dicat biru. Mi ayam disajikan di mangkok warna putih dengan gambar ayam jantan di bagian sampingnya. Pemandangan yang jamak.

Sebagai pecinta mi ayam, saya cukup tahu asal-usul makanan ini. Mi yang sesungguhnya bertoping daging babi ini berasal dari Negara Tirai Bambu. Wujud aslinya adalah mi yang dihidangkan dengan toping daging babi dengan kuah terpisah.

Begitu hidangan ini masuk ke Indonesia, daging babi diganti dengan daging ayam. Maka jadilah mi ayam.

Bukan hal sulit menemukan mi dengan cita rasa otentik Tiongkok. Beberapa kedai mi di kota yang banyak etnis Tionghoanya juga menjual mi dengan taburan daging babi. Orisinalitas itu diterima sebagai bentuk harmonisasi dan keselarasan serta toleransi akulturasi budaya Indonesia.

Sebagai orang Jawa yang sejak lahir dan besar tinggal di Jawa Tengah, saya menyebut makanan ini dengan sebutan mi ayam jawa. Mi ayam yang saya maksud adalah mi ayam yang dijual di gerobak. Di bagian samping kiri terdapat panci aluminium yang cukup besar. Tempat merebus mi. Mi disajikan dengan topping ayam semur, sawi rebus, taburan daun bawang, kuah nyemek, dengan tambahan topping pangsit kuah, pangsit rebus, atau bakso. Dan yang tak kalah unik, mi ayam ini kadang juga disajikan dengan tambahan ceker atau kepala ayam berbumbu semur.

Pernah suatu kali teman saya bertanya "kok kamu nyebutnya mi ayam jawa sih, emang ada mi ayam yang bukan jawa?"

Lucu juga. Tapi kemudian saya jelaskan bahwa itu adalah istilah yang saya buat sendiri, mengingat di daerah lain, mi ayam disajikan dengan berbagai cara dan topping. Seperti topping ayam yang sudah dicincang dan dimasak tanpa bumbu kecap. Ada juga yang mi ayam disajikan tanpa kuah.

Sesederhana itulah mi ayam. Tak perlu neko-neko. Apa pun bentuk minya, bumbunya, toppingnya, jenis minyak yang dipakai mi ayam adalah mi ayam. Mudah ditemukan, diterima khalayak umum di seluruh sudut kota dan kabupaten.

Ada pula mi ayam yang disajikan dengan kuah terpisah. Bahkan tak sedikit warung yang menjual mi ayam dengan improvisasi penambahan jamur di dalam toppingnya. Tak hanya itu, ada juga varian mi ayam yang yamie, non yamie, yang bahkan saya tak tahu bedanya apa. Macam-macam bentuk dan rasanya.

Tapi buat saya mi ayam adalah comfort food se-comfort-comfortnya. Baik saat sakit, sehat, senang, susah, lapar, blangkemen (kondisi di mana antara lapar dan tidak lapar, tapi ingin makan sesuatu yang ringan), mi ayam jadi tujuan akhir. Bagaimana tidak? Mi ayam ini seperti punya magic tersendiri dari segi cita rasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline