Lihat ke Halaman Asli

Yehuda Putra

Student at Trisakti School of Management

Gunung Semeru Erupsi, Apakah Masyarakat Memiliki Kepedulian Atas Risiko Bencana Alam?

Diperbarui: 13 Desember 2021   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Erupsi Gunung Semeru mengingatkan kembali pentingnya manajemen bencana yang menjamin langkah darurat penanganan pengungsi, pengelolaan dana kebencanaan, hingga konsistensi penerapan mitigasi bencana. Lima hari pasca-erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, tercatat 43 orang dinyatakan meninggal. 

Tak hanya korban meninggal, erupsi juga mengakibatkan ribuan orang mengungsi. Jumlah korban erupsi kali ini merupakan salah satu yang terbesar dalam lintasan sejarah letusan Semeru. Untuk mencegah dampak lanjutan erupsi bagi pengungsi, BNPB dan pemerintah daerah perlu memastikan seluruh kebutuhan dasar pengungsi, seperti makanan, pakaian, tempat penampungan, dan sanitasi, segera terpenuhi. Source: www.kompas.id

Dalam Artikel yang ditulis oleh Bapak Yupiter Gulo yang berjudul "Catastrophic Gunung Semeru dan Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Risiko terhadap Bencana", saya mengutip bahwa Bencana alam yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru termasuk dalam ketagori risiko dasar bersifat catastrophic yang menjelaskan suatu peristiwa di mana disebabkan dan ditimbulkan oleh alam yang tergolong skala besar di mana peristiwa ini jarang terjadi, tetapi apabila terjadi kerugian yang akan ditimbulkannya sangatlah besar. Source: www.kompasiana.com

Tanggap darurat merupakan tahapan awal sesaat setelah terjadi bencana serta masih perlu diteruskan ke tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi. Setelah kondisi lebih stabil, tahap berikutnya adalah perumusan mitigasi bencana. Peran penting mitigasi terletak pada besarnya dampak bencana yang dapat ditekan dan minimnya kerugian finansial akibat bencana. 

Sayangnya, sistem mitigasi bencana di Indonesia cenderung tidak dilakukan secara serius. Sistem mitigasi bencana memang harus dibangun secara spesifik, yaitu mempertimbangkan jenis risiko bencana dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Untuk kasus erupsi Semeru, maka spesifikasi mitigasi bencana yang dibuat harus berfokus pada proses kejadian bencana dan modal pengetahuan penduduk sekitar.

Cara lain untuk memastikan proses mitigasi berjalan lancar adalah penegasan kawasan risiko bencana. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi ESDM telah berencana melakukan pemutakhiran peta kawasan rawan bencana sekitar Gunung Semeru. Pemutakhiran terpenting adalah mendetailkan peta kawasan risiko bencana. Selama ini, kebanyakan peta bencana dibuat dalam skala lebih umum, padahal dampak bencana perlu dilihat dari skala lebih detail hingga satuan rumah per rumah.

Saya mengambil beberapa hal untuk kejadian risikonya, diantaranya yaitu Abu Vulkanik yang ditimbulkan merusak Kesehatan warga setempat, yang kedua adalah hancurnya inventaris (asset) yang dimiliki oleh warga disekitar gunung semeru. Konteks risikonya adalah Jika suatu Gunung Erupsi pasti mengeluarkan abu vulkanik yang banyak, hal ini mengakibatkan gangguan Kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat. 

Penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat apabila terjadinya erupsi adalah masalah pada saluran pernapasan karena abu vulkanik yang dihasilkan gunung dari erupsi tersebut sangat berbahaya untuk Kesehatan manusia. Kemudian dengan terjadinya erupsi, mengakibatkan banyak warga yang mengungsi untuk menjauh dari gunung tersebut. Salah satu alasannya takutnya tiba tiba gunung tersebut meletus dengan dahsyat yang mengakibatkan kematian. Tidak hanya itu, rumah warga dan barang barangnyapun rusak akibat erupsi gunung tersebut.

Risk Owner pada kejadian risiko ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal disekitar kaki gunung semeru. Akar Penyebab dari risiko ini adalah adanya masyarakat yang mencemari lingkungan sehingga terjadinya pemanasan global yang akan berdampak juga pada gunung semeru yang mengeluarkan lava panas. 

Indikator Risikonya adalah terlihatnya abu vulkanik diudara seperti asap yang sangat besar, kemudian udara yang panas didaerah setempat. Menurut saya, Risiko ini dikategorikan sebagai High Risk karena dampak yang ditimbulkan dari risiko ini cukup besar seperti kerusakan asset warga, terganggunya Kesehatan warga, serta berpengaruh terhadap psikologis warga juga.

Sejauh ini, Penanganan Risiko yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi risiko ini adalah mengungsikan seluruh penduduk setempat ketempat yang aman yang tentunya jauh dari kaki gunung semeru, kemudian pemerintah juga memberikan bantuan dana bencana berupa anggaran yang diberikan kepada pemerintah daerah lumajang. Kompleksitas bencana erupsi Semeru membawa banyak pelajaran bagi pengelolaan bencana di Indonesia. Optimalisasi mitigasi dapat menekan risiko dan dampak bencana demi meminimalkan kerugian akibat bencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline