Lihat ke Halaman Asli

Yefta Novia Tama

do not be afraid when you face a problem because God knows the limits that exist in you

Kreatif-Inovatif, dari Singkong Menjadi Plastik Ramah Lingkungan

Diperbarui: 1 Desember 2019   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-hari adalah plastik. Plastik telah banyak digunakan secara besar-besaran untuk berbagai keperluan, seperti alat rumah tangga, alat-alat listrik, komponen kendaraan bermotor, mainan anak-anak dan masih banyak lagi.

Menurut Linderman (1971) Plastik yang umumnya digunakan adalah hasil sintesis polimer hidrokarbon dari minyak bumi, seperti polietilena (PE) , polipropilena (PP), polisterena (PS), polivinil klorida (PVC) dan sebagainya yang bersifat termoplastik, bila dibakar tidak terdegradasi, melainkan hanya meleleh, tetapi setelah dingin akan kembali memadat.

Sampah plastik bekas pakai tidak akan hancur meskipun telah di bakar atau ditimbun dalam waktu lama, sehingga mengakibatkan penumpukan sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan hidup.
Jadi apakah kamu tahu jika saat ini ada penemuan mengenai plasrik dari singkong?

Untuk mengurangi terjadinya penimbunan sampah plastik maka dilakukan penelitian pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable). Plastik ramah lingkungan merupakan plastik yang dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Plastik ramah lingkungan memiliki kegunaan yang sama seperti plastik sintetis atau plastik konvensional. Plastik ramah lingkungan biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Plastik ramah lingkungan merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat kembali ke alam. Umumnya, kemasan biodegradableI (plastik ramah lingkungan) diartikan sebagai plastik kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami struktur kimianya dapat berubah.

Menururt Rukmana (1986) Kulit umbi ubi kayu yang diperoleh dari produk tanaman ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan utama pangan di negara-negara berkembang Kandungan pati kulit singkong (ubi kayu) cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai pembuatan film plastik biodegradasi. Komponen kimia kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 %, serat kasar 15,20 %, pektin 0,22 %, lemak kasar 1,44 %, karbohidrat 16,72 %, kalsium 0,63 %, air 67,74 % dan abu 1,86%. Sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 g adalah protein 1 g, kalori 154 g, karbohidrat 36,8 g dan lemak 0,1 g. Selain itu kulit singkong juga mengandung tannin, enzim peroksida, glukosa, kalsium oksalat, serat dan HCN.

Menururt Darni (2008) Pada proses pembuatan plastik biodegradable perlu ditambahkan plasticizer agar plastik yang dihasilkan lebih elastis, fleksibel dan tahan terhadap air.

Salah satu plasticizer yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable adalah gliserol. Penambahan ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, sifat mekanik dan melindungi plastik dari mikroorganisme yang dapat merusak plastik. Gliserol dapat diperoleh dari minyak jelantah melalui proses transesterifikasi. Minyak jelantah mengandung asam kaprilat 8%, asam kaprat 7%, asam laurat 48%, asam miristat 17,5%, asam palmitat 8,8%, asam stearat 2%, asam oleat 6% dan asam linoleat 2,5%.

Pada penemuan plastik ramah lingkungan ini diharapkan agar dapat mengurangi sampah plastik yanag ada di indonesia dan untuk mengajak masyarakat menggunakan plastik yanag ramah lingkungan. Kemudian untuk limbaha kulit ubi juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan plastik ramah lingkungan yang dapat diurai oleh mikroorganisme.

Hal ini pastinya merupakan peluang besar juga untuk para petanai dan pabrik-pabrik yang mengelola tanaman singkong. Penemuan ini harus dikembangkan diera moderen ini karena untuk menangulangi sampah dan untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dari plastik  yang bukan biodegradableI. Hal ini juga dapat mendorong petani dan masyarakat agar lebih maju dan berfikiran kreatif untuk mengembangkan sesuatu yang belum ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline