Membaca adalah melawan adalah sebuah ungkapan yang menurut saya ada dan lahir untuk menggambarkan kondisi masyarakat terkhusus yang termarjinalkan dan terasingkan dengan banyak dicurangi oleh sistem dan ketidaktahuan akan berbagai hal baik suatu masalah, sejarah dan fakta yang memang benar terjadi sehingga untuk menangulangi itu semua salah satunya dengan membaca, namun kecendrungan masyarakat Indonesia saat ini ingin medapatkan semuanya dengan instan.
Ditambah lagi dengan keberadaan teknologi yang semakin hari semakin canggih. Sehingga membuat dan membantu mendapatkan hal tersebut. Disatu sisi dengan kecendrungan tersebut membuat masyarakat terkhusus mahasiswa malas membaca.
Realita saat ini masyarakat kebanyakan ketika mendapat berita hanya membaca judul atau topik nya saja tampa membaca keseluruhan dari berita tersebut dan mengangap sudah suatu kebenaran. Celakanya berita tersebut disebarluaskan dengan adanya media sosial saat ini tampah croscheck terlebih dahulu kebenaran dari berita tersebut. Sehingga dewasa ini semakin banyak berita hoax tersebar dimana-dimana.
Kebanyakan masyarakat Indonesia malas membaca, padahal menurut studi Bahwa Indonesia susah maju karena kita malas membaca. Sebegitu berbahanyakah ketika malas membaca ? mungkin kawan-kawan pembacalah yang menjawabnya.
Fakta yang ada bahwa Indonesia rangkin 60 dari 61 terkait minat baca dan di Indonesia, hanya 1 dari 1000 orang yang mau membaca buku. Rata-rata kita hanya selesaikan satu buku per tahun dibandikan negara maju bisa sampai 10 hingga 20 buku per tahun.
Jadi tak heran Realita saat ini dimana banyak orang terkhusus anak muda lebih suka pergi ke tempat-tempat tongkrongan yang sudah tersedia wifi dan menhabiskan waktu disana daripada di perpustakaan dan tempat tempat belajar semakin sepi padahal sekarang perpustakaan dan tempat belajar juga sudah tersedia wifi juga toh. Heheh.
Saya dari masa kanak-kanak tergolong suka membaca buku bagaimana tidak buku orang tua saya sudah tertata rapi di rak dan lemari bukunya walaupun tergolong buku yang berat untuk anak kecil seperti saya pada saat itu. Tapi semua berubah sewaktu saya mengenal video game dan internet saya jadi kecanduan sampai saya kelas tiga sekolah menengah atas.
Puji Tuhan saya sudah kembali ke jalan yang benar heheh. Tapi bukan berarti bermain video game maupun internet itu salah, salah ketika porsi waktu dan uang kita habis-habis untuk hal tersebut.
Saya kembali mencoba untuk membaca buku ketika sudah masuk dalam dunia perkuliahan ditambah lagi masuk dalam organisasi GMKI yang menuntut untuk banyak membaca buku.
Jadi ada prinsip dalam membaca buku bagi saya, yaitu: " Banyak orang-orang bisa sukses dan besar salah satunya karena banyak membaca buku dan rata-rata buku yang ada saat ini kebanyakan ditulis oleh orang orang sukses melalui pengalaman , pengamatan, dan sudah melalui penelitian dan sebagainya".
Tapi kalau jujur saat ini saat adalah mahasiswa pertanian tetapi entah kenapa saya tidak suka dan tidak tertarik, rasanya lebih tertarik membaca buku tentang biograpi, politik dan sejarah. Tahun ini saya baru membaca 8 buku semoga kedepan lebih banyak lagi dan termasuk buku-buku tentang pertanian. Tahun 2020-2030 adalah bonus demografi bagi Indonesia, dimana 70 % adalah pemuda Indonesia.