Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB berkaitan dengan semakin besarnya alih fungsi lahan atau konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian.
Hal ini mengindikasikan tingkat pendayagunaan lahan pertanian yang masih rendah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju. Konversi lahan didefinisikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh lahan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut (Utomo, 1992).
Lahan pertanian telah beralih fungsi sekitar 935.000 hektar dari tahun 1983 sampai dengan 1993, terdiri dari 425.000 hektar lahan sawah dan 510.000 hektar bukan sawah. Bila dirata-ratakan, alih fungsi (konversi) lahan sawah per tahun sekitar 40.000 hektar.
Perkembangan konversi lahan tahun 1993 sampai dengan 2003 dari hasil sejumlah penelitian diperkirakan mencapai dua kali lipat, yakni sekitar 80.000 hingga 100.000 hektar per tahun.
Konversi lahan terbesar terjadi di pulau Jawa, yakni sebesar 54 persen dengan perubahan dominan menjadi lahan perkampungan/pemukiman sebesar 69 persen dan kawasan industri sebesar 20 persen.
Menurut Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, sekitar 3,1 juta hektare (ha) atau 42% lahan sawah produktif dibayangi alih fungsi.
Hal itu berkenaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia yang kurang sensitif untuk menyediakan cadangan lahan pertanian.
Luas lahan sawah yang saat ini berkisar 8,1 juta ha cenderung menciut akibat konversi lahan. Bahkan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terjadi juga ahli fungsi lahan sawah menjadi perkebuhan sawit.
Tendensi alih fungsi lahan yang tinggi selama ini terjadi pada sebagian kabupaten kota di Indonesia. Jika aktivitas perekonomian di suatu wilayah semakin besar, maka permintaan terhadap lahan akan semakin tinggi.
Ketersediaan lahan yang relatif tetap akan mempertinggi kompetisi penggunaan lahan untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti sektor perdagangan pemukiman, industri, maupun untuk pertanian.
Dengan demikian, maka pemanfaatan lahan akan diprioritaskan pada yang bernilai kompetitif paling besar.