Lihat ke Halaman Asli

Yosepha D

VL-XXI

Ini Pentingnya Implementasikan Jurnalisme Keberagaman

Diperbarui: 28 April 2017   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Yogyakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mengadakan diskusi bedah buku terkait ragam jurnalisme baru. Pembahasan mengenai jurnalisme tersebut berada di Auditorium Gedung Bunda Teresa, pada Jumat (24/3).

Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Indonesia baru saja meluncurkan buku berjudul “Jurnalisme Keberagaman”. Buku tersebut mendapat sambutan positif dari beragam pihak, baik akademisi, jurnalis, dan aktivis.

Buku Jurnalisme Keberagaman ini tercipta karena adanya politik identitas. Setelah Indonesia mengalami era reformasi, tiap kelompok berani menunjukkan identitasnya.

“Buku ini lahir karena kesadaran ketika Indonesia masuk era reformasi. Ada politik identitas. Kita berani menunjukkan identitas kita. Di sisi lain, kelompok arus utama merasa terancam, sehingga sering adanya penyerangan terhadap kelompok minoritas,” jelas Usman untuk mengawali diskusi pada siang itu.

Jurnalisme keberagaman berfokus pada keragaman dan perbedaan. Jurnalisme tersebut juga mengusung prinsip advokasi dan empati. Selain itu juga mengedepankan hak asasi manusia dan membela korban yang rata-rata berasal dari kelompok minoritas. Salah satu unsur yang ditekankan dalam jurnalisme keberagaman yang cakupannya lebih luas dari jurnalisme damai adalah berperspektif gender.

Diskusi tersebut menghadirkan beragam pihak. Lukas Ispandriarno sebagai akademisi sekaligus dosen FISIP UAJY. Sedangkan pihak media diwakili oleh Widiarsi Agustina (Kepala Biro Tempo DIY dan Jawa Tengah). Aktivis pun tak ketinggalan, Agnes Dwi Rusjiyati dari Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika. Moderator dari diskusi tersebut adalah Anang Zakaria (Ketua Aliansi Jurnalis Independen).

Buku Jurnalisme Keberagaman memberi perspektif baru dalam ragam jurnalisme. Cara-cara dan sikap yang sebaiknya dilakukan oleh media, agar lebih mengedepankan empatinya.

“Independensi mutlak ketika membahas keberagaman. Jurnalis sekarang tidak tersekat-sekat. Pola pikir yang terbuka menjadi sangat penting. Buku ini menarik karena memberi perspektif baru dan (pedoman) media harus bersikap,” aku Widiarsi Agustina, jurnalis senior Tempo tersebut.

Jurnalisme keberagaman memang erat kaitannya dengan unsur kedamaian. Jurnalisme damai merupakan bagian dari jurnalisme keberagaman. Sebab tidak hanya digunakan saat konflik saja, namun gender pun menjadi bahasan dalam jurnalisme keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline