Januari 2020, setelah enam bulan kami sekeluarga menempati rumah baru di Sawangan, Depok, IndiHome, Telkom Indonesia menjadi pilihan internet provider yang paling masuk akal untuk berlangganan internet. Ketersediaan internet di rumah sudah tidak bisa ditawar lagi. Selain untuk menunjang pekerjaan kantor, berselancar berbagai kebutuhan penunjang penulisan buku, bermedia sosial, tetapi juga bisa menjadi alternatif hiburan buat anak-anak. Kami sadar bahwa pengeluaran berlangganan internet hanyalah bagian kecil dari adaptasi mengikuti peradaban teknologi yang terus berinovasi.
Benarlah, belum lama berselang setelah kami mantap berlangganan IndiHome, awal Maret 2020 Covid-19 mulai terdeteksi di Depok dan terus menjalar ke wilayah lain di Indonesia. Anak pertamaku yang masih TK mulai dibatasi untuk berinteraksi di sekolah. Kekhawatiran mulai muncul, nanti bagaimana sekolahnya, bagaimana jika tertular, dan seterusnya. Tapi life must go on. Belum cukup sampai di situ, anak keduaku lahir di pertengahan Maret 2020, persis pada saat berita-berita di luar sana mulai panik oleh kehadiran Covid-19. Tentu, kami tetap berusaha tenang. Anak keduaku, yang lahir di awal pandemi, seolah menjadi penanda bahwa dunia yang ia jumpai sedang baik-baik saja. Nyatanya, ia lahir dengan sehat dan sukacita.
Waktu terus berjalan. IndiHome setia menemani hari-hari, mulai dari pagi, siang, dan malam hari. Sejak pandemi, nyaris Si Sulung bersekolah dari rumah. Dan, IndiHome, dari Telkom Indonesia menjadi salah satu penopang handal dalam menjaga keberlangsungan sekolah online berjalan dengan baik dan lancar. Selama sekolah online, segala sesuatu bersangkut paut dengan internet. Untunglah, internet provider yang dipakai sangat suportif. Senang rasanya melihat Si Sulung tertawa bersama teman-teman dan gurunya, meski hanya sebatas di layar. Tugas-tugas yang diberikan oleh juga dapat segera diselesaikan dengan baik, berkat internet yang lancar.
Selain itu, Si Sulung mulai heboh dengan tayangan-tayangan menarik di televisi, juga youtube, mulai Baby Bus, Masya and The Bear, Tayo, aneka channel bis dan semua yang bersangkut paut dengan bis, baik dalam dan luar negeri. Bahkan saking seringnya nonton, berkembanglah imajinasi liarnya meski baru berusia 5 tahun. Kalau ditanya guru, cita-citanya apa, maka dengan lantang ia akan menjawab: (menjadi) Pengusaha Bus. Bahkan suatu sore, saat ia di luar rumah, ia bilang dengan semangatnya: "Nanti semua bis akan diparkir di sini (sambil menunjuk tanah kosong dan rumah-rumah tetangga)!" Bingunglah saya: "Lha, kan rumah tetangga sudah ada orangnya?" Saya bertanya nakal. Ia pun menjawab: "Ya, aku akan beli semuanya, dan akan aku jadikan tempat parkir semua bis-ku!" Katanya sambil tersenyum bangga.
Saking senangnya dengan bis, maka tibalah saatnya ia meminta dibelikan bis mainan, mulai dari bis yang kecil, hingga bis yang besar, yang hampir menyerupai bis betulan. Mulailah ia bermain-main dengan bis-bis tiruan, hingga suatu saat ia pun ingin mengabadikannya di channel youtube Kenan Stories. Terminal pun disambanginya untuk melihat langsung bis-bis yang disukainya, beli tiket ke tempat kakeknya di Purbalingga, dan masih banyak lagi. Rasa-rasanya ia sedang bertualang dengan imajinasinya yang mengasyikkan.
Bagi saya, saat Si Sulung menyebutkan cita-cita ingin menjadi Pengusaha Bis, sebagai sebuah cita-cita yang tidak umum di usianya, adalah keistimewaan. Betul Nak. Begitulah semestinya. Apapun profesimu dan akan menjadi apa kelak, yang paling terpenting adalah bahwa hidupmu bermanfaat dan berdampak bagi banyak orang.
Seiring usianya yang terus melaju, tontonan dan kesenangan Si Sulung pun berkembang. Sebenarnya ini hal yang lumayan mengkhawatirkan, karena ia mulai suka bermain game. Di usia 7 tahun, mungkin sebagian orang menganggap wajar jika anak-anak menyukai game. Sepakat, tetapi tidak sepenuhnya. Bermain game boleh tentu dengan batasan-batasan tertentu. Alhasil, Si Sulung mulai menyukai game Stumble Guys dan Minecraft. Uniknya, ia tidak hanya memainkan game tersebut, tetapi juga menonton cara orang lain memainkannya.
Anak-anak generasi alfa (kelahiran tahun 2010--2025) ini memang berbeda. Generasi ini akrab dengan teknologi digital. Karenanya, tak heran jika melihat Si Sulung rasa-rasanya lebih terampil dalam menggunakan teknologi. Bahkan tanpa disangka, ia pun belajar sendiri berbagai tutorial atau shortcut yang mempersingkat perintah di windows, dan sebagainya. Nanti kalau Ayah matiin laptop tinggal klik (shortcut) ini saja di desktop, laptop langsung shut down, katanya pada saya. Tampaknya, ia pun semakin bersemangat berselancar di internet. Sebagai orangtua, tentu pengawasan dan pendampingan tetap wajib dilakukan padanya. Sesekali saya pun menemaninya, bertanya ini dan itu perihal game apa yang ia mainkan, apa yang ia biasanya ia cari di internet.