Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Budi

Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

Pesan Palsu

Diperbarui: 9 Februari 2021   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri (di desa)

Sore ini, aku berkabar tentang kesehatanku.
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan bapak & ibu?"

Lama tak dijawab. Aku menunggu:
"Bapak sehat. Ibu juga sehat."

Aku tak langsung percaya.
Sebab, hari-hari lalu, pesan-pesan yang terkirim adalah palsu
Bapak bilang, 'Sehat!'
Nyatanya bapak sedang mengerang kesakitan, karena kakinya terluka oleh benda tajam.
Ibu yang tak kuat, membocorkan cerita.  "Bapak sedang belah kayu, tapi kapaknya meleset kena ke kaki."

Sejak itu, (terutama) sejak bapak sedikit mahir gunakan whatsapp, aku tak bisa langsung terkesima dengan pesan yang "baik-baik" saja.

Maka, kudesak lagi: "Asam uratnya sudah sembuh?"
Lama tak dijawab. Aku tak sabar menunggu.
"Iya. Masih terasa nyeri di kaki..."

Naah.. apa kubilang, bapak selalu bohong di awal berkirim pesan.
Nyatanya, bapak sedang kesakitan.

Buru-buru pesan berikutnya memburu.
"Padahal segala makanan pantangan sudah bapak hindari!"

Oo.. syukurlah, bapak semakin tahan uji: berpantang jeroan.

Aku menjawab:
"Jika boleh memberi saran. Perbanyaklah minum air putih dan jangan lupa olahraga!"

Bapak menjawab singkat: Oke

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline