Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Budi

Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

Ketidakjujuran yang Mematikan

Diperbarui: 31 Maret 2020   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: akasara.com

Alkisah Raden Sumantri memiliki seorang adik sakti mandraguna bernama Sukrasana. Atas permintaan Prabu Sasrabahu, Sumantri diperintahkan untuk memindahkan Taman Sriwedari di Gunung Untarayana ke Maespati, lengkap dengan sungai yang mengalir.

Alih-alih Sumantri menyanggupinya, Sumantri merasa sedih karena tak mungkin melakukannya sendiri. Jatuhlah iba Sukrasana terhadap kesedihan Sumantri. Sukrasana  menyanggupi permintaan kakaknya, asalkan dengan satu syarat:  ia diperbolehkan ikut bersama-sama kemanapun Sumantri pergi.

Sumantri menyanggupi. Dan, dalam sekejap, Sukrasana memindahkan Taman Sriwedari seperti titah raja. Sumantri dipuja-puji. Sayangnya, di sinilah terjadinya awal tragedi. Saat dikabari kalau Sasrabahu hendak inspeksi Taman Sriwedari, Sumantri melarang adiknya untuk menampakkan diri.

Mengapa? Sumantri malu karena Sukrasana buruk rupa. Sukrasana bersikeras untuk ikut menemui Prabu Sasrabahu. Sumantri marah dan menghunus senjata cakra untuk menakuti-nakuti adiknya, meski akhirnya takdir berkata lain. Senjata panah cakra melesat dengan cepat menghunjam tubuh Sukrasana dan membunuhnya.

Lain pula alkisah dari Kerajaan Kalingga, di Jawa Tengah, Ratu Sima, abad 7M, yang dikenal karena ketegasannya menegakkan aturan kerajaan. Rakyatnya sangat patuh dan jujur. Hal ini membuat penasaran raja Da-zi dari dataran Tiongkok. Ia menguji kepatuhan rakyat Kalingga, dengan meletakkan tas berisi sejumlah uang di perbatasan kerajaan. Benarlah seperti mitos yang viral di penjuru negeri. Tas berisi uang tersebut tetap di tempatnya, tak bergeser sedikitpun, bahkan uangnya tetap utuh di tempatnya.

Hingga suatu saat sang Putra Mahkota dari Ratu Sima justru tergoda untuk mengambilnya, hingga membuat Ratu Sima murka. Putra Mahkota dihukum potong jari kakinya.

Begitulah seni Ratu Sima membentuk kejujuran rakyatnya dengan disiplin nan keras.

**

Jujur atau tidak jujur, bukanlah area abu-abu (grey area).  Tapi memang manusia selalu kreatif membuat pilihan lain. Lha, kalau tidak jujur untuk kebaikan bukankah diperbolehkan? Apa contohnya? Para orangtua (tidak semua) mencontohkan saat anaknya meminta sesuatu, mereka tidak langsung mengabulkannya dengan alasan belum punya uang. Padahal, uang ada. Tetapi, “ketidakjujuran” orangtua kepada anaknya semata dimaksudkan untuk mendidik bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu kerja keras. Bisa juga dengan alasan melatih anak berhemat. Atau alasan-alasan lain yang masuk akal menurut versi orangtua.

Jadi, tidak jujur, boleh?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline