Lihat ke Halaman Asli

Connecting The Dots: Sebuah Seni Berdamai dengan Takdir

Diperbarui: 14 Agustus 2021   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagus Rasmidin - Penulis (Beberapa hari Sebelum menggila di Panggung Langit 2021)/dokpri

Bagi sebagian orang, menjalani sebuah kehidupan merupakan sebuah tantangan sekaligus misteri. Menjadi sebuah tantangan karena, memang sedari awal kita selalu disuguhi jalan terjal. Atau setidaknya kita akan dihadapkan dengan jalan yang mulus. Akan tetapi dalam jalan tersebut banyak sekali hal yang mengganggu ketenangan. Mungkin, banyak juga pengguna jalan lain yang mengusik perjalanan kita. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan dan pikiran-pikiran yang mengganggu dalam perjalanan. Sehingga, dengan kondisi demikian kita ditantang untuk meneruskan perjalanan. Atau sebaliknya, pasrah dengan keadaan.

Selain menjadi tantangan, hidup juga kadang menjadi misteri. Apapun jalan yang kita pilih, pada nantinya akan menimbulkan masalah baru. Sudah benarkah jalan yang dipilih? Bahagiakah aku jika menempuh jalan ini? Dan seabrek misteri lainnya. Keputusan apapun yang dipilih tentu akan menentukan kualitas seseorang. 

Saya kemudian teringat, salah seorang teman menulis sebuah story di whatsapp nya. Kurang lebih begini.

"Ada dua keputusan penting dalam hidup; menerima kondisi sebagaimana adanya, atau menerima tanggung jawab untuk melakukan perubahan!" 

Artinya, sebenarnya tidak ada pilihan dan keputusan lain selain menerima keadaan. Menghadapi semua masalah dengan segenap perasaan. Menghadapi sebuah permasalahan dengan sambatan sebenarnya tidak masalah. Bagi saya dan sebagian orang  mungkin itu sedikit meringankan. 

Tp ada satu kalam asyik. Yang menyentil kesadaran saya mengenai hal itu. Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan Gus Kholili Kholil, 

Begini:

"Satu cobaan bagi orang sabar itu cuma satu, sedangkan bagi orang yang suka mengeluh ia akan jadi dua"

Lantas masalah terbesarnya dalam sebuah masalah sebenarnya bukanlah perihal sabar tidak sabar sih. Menurut saya, pandangan diri terhadap suatu masalah itulah yang paling penting.

Soalnya sebagian dari kita, dan seringkali saya alami juga. Sangat sedih dan menyesal ketika hal-hal yang diluar rencana kita terjadi. Apa yang kita harapkan tidak tercapai. Angan-angan besar yang sudah lama direncanakan ternyata terjadi tidak sesuai ekspektasi. Bahkan sampai menganggap semua sia-sia.  Hingga taraf paling akut, menyalahkan takdir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline