Lihat ke Halaman Asli

Etika Berpolitik

Diperbarui: 4 November 2024   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Istilah etika, berasal dari bahasa yunani kuno. dalam bentuk tunggal, kata Yunani ethos mempunyai banyak arti, yakni : tempat tinggal yang biasa ; padang rumput , kandang;kandang kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berfikir. arti terakhir inilah, yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah "etika" oleh Aristoteles (384-322 SM)-Filosof besar Yunani-sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral. secara etimologis,yaitu ilmu tentang apa yang biasa di lakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan

Menurut ibn taymiyah,di beberapa tulisannya dalam al-siyasah, mengungkapakan beberapa kezhaliman ekonomi yang substansif mengindikasikan persoalan etis.

Pertama, pemerintah dilarang merampas atau mengambil harta benda rakyat, yang bukan haknya. Namun bila ada harta benda rakyat yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, maka harus dikembalikan oleh pemerintah kepada pemiliknya.

Kedua, para pejabat hendaknya tidak menerima hadiah dari siapapun, saat melaksanakan tugas. Karena hadiah itu dapat menimbulkan hak-hak negatif yang tidak diinginkan

Ketiga, harta benda yang sudah terlanjur disita oleh negara secara ilegal, dan sudah diketahui, bahwa harta itu tidak ada pemiliknya, maka harta yang dimaksud harus digunakan untuk kepentingan umum, seperti untuk sektor pertahanan dan keamanan dan pembayaran gaji tentara.

Keempat, dalam pembangunan, yang harus diperhatikan adalah asas kemaslahatan secara sempurna dan menekan seminimal mungkin timbulnya kerusakan.

Tentang prinsip keadilan, menurut ibn Taymiyah, merupakan prinsip fundamental dalam sebuah pemerintahan.

Berpolitik memang penting, akan tetapi jauh lebih penting lagi jika memiliki etika dalam berpolitik. jikalau kita berpolitik tanpa adanya etika,adab dan akhlak, maka nilai yang kita dapatkan adalah nol besar. suatu pemerintahan akan bejalan efektik, jika di pegang oleh pemimpin-pemimpin yang adil dan amanah. jangan sampai pemimpin-pemimpin di negeri ini tidak memiliki etika, kerena etika itu menjadi suatu hal yang penting untuk menjadi pegangan bagi para pemimpin-pemimpin negeri ini, jikalau etika saja diabaikan bagaimana nasib rakyat dan negeri ini kedepannya untuk menjadi yang lebih baik lagi. jangan sampai negeri ini dirusak oleh para koruptur-koruptor yang tidak memiliki etika dan tanggung jawab.

Manusia itu adalah makhluk politik yang selalu mengharapkan akan kekuasaan (power), dan manusia adalah makhluk yang rakus yang ingin segalanya, dan tidak pernah puas akan kukuasaan yang di dapatkannya, bahkan untuk mendapatkan kekuasaan tersebut berbagai cara yang bertententangan nilai-nilai kebaikan pun dilakukannya. padahal Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur tentang tata cara untuk meraih kekuasaan dan tanggung jawab terhadap kekuasaan yang di dapatkannya atau disebut dengan etika (akhlak) berpolitik. Hal ini menandai bahwa etika meliputi semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan berpolitik. agama harus dijadikan panduan atau pedoman dalam segi apapun termasuk berpolitik.

Di dalam kitab Sunan Abu Daud didalamnya terdapat beberapa kategori yang berkenaan dengan etika berpolitik yaitu :

1. Kepemimpinan adalah amanah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline