Lihat ke Halaman Asli

Tidak Butuh Banyak untuk Bahagia

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menginjak usia tiga puluhan, saya merasa ada yang aneh dengan diri sendiri.

Saya merasa cara berpikir saya telah berubah 360 derajat. Baik itu dari segi spiritual, cara hidup, pernikahan, karier, dan segala hal dalam hidup. Cara pandang saya betul-betul telah berubah. Mungkin karena pahit manis kehidupan yang telah saya lalui, atau hal lain, entahlah,...

Yang jelas saya tidak lagi suka shopping, saya tidak lagi suka jalan-jalan yang tidak jelas tujuan dan keperluannya, tidak suka lagi beli tas dan sepatu yang harganya tidak murah itu, tidak suka lagi beli sesuatu yang tidak begitu saya butuhkan,...

Bagi saya kini, hidup adalah tentang bersyukur atas apa yang Allah anugerahkan kepada kita. Bahwa kita tidak butuh banyak untuk bahagia. Bahwa hidup bukan lagi tentang kebendaan. Bahwa sukses bukan berarti tentang bisa memiliki semua.

Kini, saya sudah cukup merasa bahagia merasakan mentari pagi, merasakan damainya senja, mendengar celoteh anak-anak, menikmati secangkir kopi di teras rumah,...

Bahkan saya tidak begitu lagi peduli lagi dengan penampilan dan tetek bengeknya. Bagi saya, asal rapi sudah cukup.

Tidak butuh banyak untuk bahagia, kan...???




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline