Iklim di Indonesia yang berada di wilayah tropis belakangan ini cukup ekstrim dengan suhu tertinggi mencapai 35 derajat. Kita sering mendengar orang menggerutu dan bahkan mengatakan kata kata kasar karena cuaca yang sangat ekstrim, apakah ini ada kaitannya?
Cuaca merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim dan peningkatan suhu global telah menarik perhatian banyak peneliti untuk memahami dampak dari fenomena ini terhadap kesejahteraan manusia. Salah satu aspek penting yang kerap dibahas adalah bagaimana cuaca panas dapat memengaruhi emosi dan perilaku seseorang. Tidak jarang kita mendengar ungkapan bahwa seseorang cenderung "cepat marah" ketika cuaca panas, tetapi apakah ada dasar ilmiah di balik fenomena ini?
Ada beberapa faktor yang menjelaskan hubungan antara cuaca panas, kelembaban, keringat, dan perubahan emosi:
- Stres Fisiologis: Ketika suhu tubuh meningkat karena cuaca panas, tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan suhu (thermoregulation) melalui keringat. Ini dapat menyebabkan kelelahan fisik, dehidrasi, dan stres fisiologis yang meningkatkan kecenderungan seseorang untuk merasa tidak nyaman dan mudah marah.
- Kelembaban Tinggi dan Keringat : Dalam kondisi kelembaban tinggi, keringat tidak mudah menguap dari kulit, yang membuat tubuh merasa lebih panas. Ini dapat meningkatkan rasa frustrasi karena tubuh tidak mampu mendinginkan diri dengan efisien, sehingga orang cenderung merasa lebih tertekan.
- Efek Psikologis Cuaca Panas : Studi menunjukkan bahwa orang cenderung lebih mudah marah dan agresif selama cuaca panas. Ada teori yang menyatakan bahwa cuaca panas secara langsung mengganggu kenyamanan fisik dan mental seseorang, sehingga mengurangi toleransi terhadap stres atau konflik.
- Gangguan Tidur : Suhu panas dan kelembaban tinggi juga dapat mengganggu kualitas tidur, yang dapat berdampak pada suasana hati dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. Ketika seseorang mengalami kurang tidur, mereka cenderung lebih mudah terprovokasi dan merasa stres.
Faktor-faktor ini dapat menjadi pemicu yang menyebabkan perasaan lelah, tidak nyaman, dan mudah marah selama cuaca panas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H