Lihat ke Halaman Asli

Yayuk Sri Rahayu

Perencana ahli muda pada UIN Gusdur Pekalongan

Fenomena Bunuh Diri pada Remaja: Peran Pendidikan Mental dan Nilai Agama

Diperbarui: 10 September 2024   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iStock

Viral di sosial media seorang remaja gantung diri di jembatan hanya karena tidak bisa kesepian, sungguh miris. Fenomena remaja yang melakukan bunuh diri sebelumnya juga banyak terjadi, hanya karena masalah yang dianggap sepele. Hal ini merupakan masalah serius dan kompleks yang harus melibatkan berbagai pihak. Beberapa hal yang dianggap berkontribusi terhadap fenomena ini diantaranya:

  • Kesehatan Mental yang Tersembunyi

Banyak kasus bunuh diri terjadi karena masalah kesehatan mental yang tidak terlihat atau diabaikan. Masalah yang tampak sepele bagi orang lain bisa jadi sangat berat bagi individu yang bersangkutan. Depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya dapat memperburuk persepsi seseorang tentang masalah yang mereka hadapi, sehingga mereka merasa tidak ada jalan keluar.

  • Tekanan Sosial dan Media Sosial

Generasi muda saat ini hidup di bawah tekanan besar, terutama dari media sosial. Standar yang tidak realistis dan tekanan untuk selalu tampil sempurna dapat menyebabkan perasaan tidak berharga dan kesepian. Ketika mereka menghadapi masalah, betapapun kecilnya, tekanan ini dapat memperparah rasa putus asa.

  • Kurangnya Sistem Dukungan

Banyak anak muda mungkin merasa mereka tidak memiliki dukungan emosional yang memadai dari keluarga atau teman. Ketidakmampuan untuk berbicara tentang masalah mereka atau mencari bantuan dapat membuat mereka merasa terisolasi.

  • Kurangnya Pendidikan Kesehatan Mental

Di banyak negara, termasuk Indonesia, pendidikan mengenai kesehatan mental masih minim. Banyak orang yang tidak menyadari tanda-tanda awal depresi atau kecemasan, dan stigma terhadap gangguan mental juga membuat mereka enggan mencari bantuan.

  • Perubahan Nilai dan Tantangan di Era Modern

Era disrupsi informasi dan perubahan nilai sosial dapat membuat anak muda merasa bingung, budaya meniru isu yang sedang viral tanpa menilai baik buruknya, tuntutan standar gaya hidup yang melebihi kemampuan. Mereka merasa kehilangan arah atau tidak memiliki panduan yang kuat untuk mengatasi masalah-masalah mereka.

  • Minimnya Bekal Ilmu Agama

Karena jauh dari Tuhan maka akan mudah putus asa sehingga berpikiran bahwa setiap masalah/penderitaan dianggap selesai dengan cara mengakhiri hidup.

Inilah pentingnya kesehatan mental sebagai prioritas utama di semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang kesehatan mental di kalangan remaja dan keluarga menjadi langkah yang sangat penting. Hal ini termasuk cara mengenali tanda-tanda peringatan, pentingnya mencari bantuan, dan bagaimana memberikan dukungan emosional kepada orang lain.

Selain itu, menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka antara anak muda, keluarga, dan guru sangatlah penting. Dengan begitu, masalah dapat teridentifikasi lebih awal dan bantuan bisa segera diberikan. Program intervensi dini di sekolah dan komunitas juga bisa menjadi cara efektif untuk mencegah terjadinya bunuh diri.

Media juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kasus bunuh diri dengan cara yang sensitif dan tidak sensasional, untuk mencegah penularan atau imitasi di kalangan remaja.

Dalam kaitannya dengan pandangan agama, ajaran spiritual menekankan bahwa hidup adalah karunia yang harus dijalani dengan penuh keberanian dan kesabaran. Mengingat ajaran agama ini, memperkuat pendidikan agama bisa memberikan fondasi moral dan spiritual yang kuat bagi anak muda. Ini juga dapat membantu mereka memahami nilai kehidupan dan pentingnya menghadapi ujian hidup dengan penuh iman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline