Lihat ke Halaman Asli

Yayat S. Soelaeman

Berbagi Inspirasi

Masyitah

Diperbarui: 12 April 2024   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Masyitah (Foto: al-abidah.blogspot.com)

"Katakan, akulah tuhanmu," perintah Fir'aun.
"Tuhanku adalah Allah," katanya.
Maka dua anaknya yang masih balita dan bayi merah,
direnggut dengan paksa dari dekapannya.

"Katakan, akulah tuhanmu!"
"Tuhanku Allah."
"Maka kedua anakmu akan aku lempar ke dalam tungku minyak yang panas!"

Hatinya bergetar.
"Anak-anakku tidak bersalah."
"Katakan, aku tuhanmu!" teriak Fir'aun.
"Tuhanku Allah."

Maka kedua anak balitanya diikat,
siap dilemparkan ke tungku minyak yang mendidih.

"Akulah yang lebih dahulu terjun ke tungku minyak," pintanya.
"Tidak. Kedua anakmu yang lebih dahulu.
Dan kau akan menyaksikan anak-anakmu menggelepar."

Ia menggigit bibirnya,
dan berdarah.
Air mata panas mengalir deras,
dan hatinya telah terbelah;
bahkan hancur berkeping-keping,
dan tubuhnya bergetar.

Tiba-tiba si bungsu, sang bayi yang masih merah melirih,
"Ibu, bersabarlah.
Janganlah ragu. Kesakitan dan siksa dunia,
tidak akan meruntuhkan iman dan cinta Ibu kepada Allah,
yang menanti Ibu di surga."

Maka hatinya yang hancur telah luluh,
menyatu bersama tubuh kedua anaknya,
yang dilemparkan ke tungku minyak yang bergolak.

Namun telinganya tiada mendengar jerit anak-anaknya,
tetapi matanya melihat tubuh kedua anaknya dilumat minyak panas.

Tibalah gilirannya,
dan ia sangat tabah.

Sambil menyebut nama Allah;
Yang tiada Tuhan selain Allah;
yang hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah,
maka sang mukminah meloncat ke tungku minyak yang mendidih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline