Lihat ke Halaman Asli

Yayat S. Soelaeman

Berbagi Inspirasi

Peran Indonesia dalam Pengelolaan Sistem Air Global yang Berkelanjutan

Diperbarui: 29 Maret 2022   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air sumber kehidupan (Foto: pixabay)

Jakarta – Mengapa air begitu penting bagi kehidupan manusia? Mengapa Indonesia harus terlibat dalam mencari solusi bagi ancaman krisis air dunia, terutama dengan meningkatnya kebutuhan air akibat pertambahan penduduk, kemajuan ekonomi, serta terjadinya pemanasan global atau perubahan iklim?

Jangan salah, meski memiliki air berlimpah, Indonesia terancam krisis air akibat ketersediaan air permukaan yang tidak merata. Krisis air mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, meningkatnya angka stunting, yaitu pertumbuhan kerdil balita. Bahkan tidak salah apabila dikatakan, angka kemiskinan terkait erat dengan ketiadaan air bersih.

Begitu pentingnya air bagi manusia karena air adalah sumber kehidupan. Tanpa air, maka semua makhluk hidup di bumi akan musnah. Sedangkan dalam kehidupan bersama di dunia, maka air merupakan kunci dalam pembangunan berkelanjutan di setiap negara.

Air harus ada untuk mengairi lahan-lahan pertanian melalui jaringan irigasi. Air juga amat dibutuhkan untuk kegiatan ekonomi dan industri, untuk mendukung pola hidup bersih dan kebutuhan mandi cuci dan kakus (MCK), termasuk air minum untuk manusia, hewan dan tumbuhan.

Ketika berbicara pada sidang Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-9 yang berlangsung di Dakar, Senegal, 22-26 Maret 2022 lalu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya air melimpah, memiliki sekitar enam persen potensi air dunia, dengan jumlah air permukaan mencapai 2,78 triliun meter kubik.

Hanya saja, potensi tersebut tidak merata dalam skala dan waktu, artinya, tidak merata di seluruh wilayah dan tidak selalu tersedia sepanjang tahun. Karenanya tidak heran apabila sebuah studi World Resource Institute (2015) memprediksi Indonesia masuk dalam negara yang mempunyai risiko tinggi mengalami krisis air.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas juga memproyeksikan kelangkaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara menunjukkan tren peningkatan hingga tahun 2030. Dilaporkan, perbandingan luas wilayah yang dilanda krisis air meningkat, dari enam persen pada tahun 2000 menjadi 9,6 persen pada tahun 2045.

Laporan Pusat Penelitian Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan, faktor utama yang menjadi penyebab krisis air di Pulau Jawa, selain pemakaian air yang terus meningkat, terutama adalah perubahan iklim, yaitu adanya perubahan siklus air yang memicu semakin banyak air yang menguap ke udara akibat peningkatan temperatur.

Menurut BMKG, krisis air bersih juga terjadi akibat tingginya kebutuhan air baku, terutama di perkotaan dan wilayah padat penduduk, sementara perubahan iklim menyebabkan kekeringan dan pencemaran air yang memengaruhi ketersediaan air bersih untuk minum dan sanitasi.

Untuk menyiasati menipisnya ketersediaan air, Pemerintah Indonesia harus mampu memanfaatkan air permukaan yang melimpah, seperti air laut, air sungai, dan air danau/waduk. Pengembangan teknologi pengolahan air adalah kunci untuk menghadapi perubahan iklim.

Bendungan (Foto: www.pu.go.id)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline