Jakarta -- Wartawan foto Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA yang sudah purna bhakti, Audy Mirza Alwi, meluncurkan buku "Linimasa Pewarta Foto Kantor Berita", yang mengisahkan pengalaman dan perjalanan karirnya sebagai wartawan foto. Peluncuran buku dilaksanakan di Hotel Kuretakeso, Jakarta Selatan, Rabu (9/3/2022).
Acara peluncuran buku dimeriahkan diskusi bertajuk "Sinergi Pewarta Foto dengan Narasumber" yang menghadirkan pembicara mantan wartawan foto ANTARA dan kurator foto Oscar Motuloh dan GM External Corcom Telkomsel Aldin Hasyim. Moderator diskusi adalah Kokok Dirgantoro (Founder & CEO Opal Communication). Dua acara itu dibuka resmi Staf Khusus Menteri Perhubungan Aditia Irawati.
Buku "Linimas Pewarta Foto ANTARA" bisa disebut sebagai buku otobiografi Audy Mirza Alwi sebagai pewarta foto dan editor foto (1990-2020). Puluhan foto karyanya, dari yang bersifat human interest hingga foto liputan Istana Keperesidenan RI, olahraga, seni budaya, ekonomi, sosial, politik, demo, termasuk foto event pariwisata, dimuat di buku yang tebalnya 158 halaman itu.
Buku diterbitkan Penerbit Bumi Aksara Jakarta, dengan editor Priyambodo RH. Di buku itu ada sambutan (mantan) Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA Parni Hadi dan catatan dari pewarta foto/kurator foto Oscar Motuloh.
Bagaimana Audy berkisah? Ia bercerita, bukunya dibuat menjelang dirinya pensiun sebagai wartawan foto dan redaktur foto ANTARA pada April 2020. "Karena pandemi Covid-19, saya di rumah terus. Saya coba menulis pengalaman dan perjalanan saya sebagai pewarta foto, sejak saya ikut tes seleksi hingga pensiun di ANTARA," katanya.
Ia berterus terang senang dan bangga memiliki profesi sebagai wartawan foto, apalagi bekerja di perusahaan media massa besar milik bangsa dan negara Indonesia, yaitu Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA, yang memberikannya keleluasaan dan kreativitas tak terbatas, termasuk dukungan peralatan dan perlengkapan fotografi yang memadai.
"Setelah lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo, saya mencari-cari lowongan kerja wartawan, sampai kemudian menemukan iklan lowongan di sebuah koran, dan langsung melamar," kisah Audy yang pernah bekerja sebagai reporter majalah Golf Indonesia saat kuliah.
Kemudian ia mendapat panggilan mengikuti tes tertulis di Gedung Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA (LPJA) Pasar Baru, Jakarta, 17 April 1989, dengan materi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Imu Pengetahuan Umum. Jumlah pelamar yang mengikuti tes tertulis waktu itu 299 orang. Ia dan seluruh pelamar juga menjalani tes psikologi.
"Ternyata lowongan yang saya lamar adalah Pewarta Foto di Kantor Berita Nasional ANTARA. Tentu saya tahu ANTARA, karena sebelumnya pernah mengajukan permohonan praktik kerja untuk kuliah akhir sarjana muda," kata Audy yang kini berusia 60 tahun dan memiliki satu istri dan dua putra.
Satu bulan kemudian, Mei 1989, ia mendapat pemberitahuan bahwa ia dan empat pelamar lainnya dinyatakan lulus tes tertulis, dan harus mengikuti tes wawancara, tes berbicara dalam bahasa Inggris, dan tes kesehatan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.
"Alhamdulillah, setelah melalui berbagai tes cukup berat menurut saya, dari 299 pelamar, saya dan empat rekan saya seangkatan dinyatakan lulus, dan harus menjalani pendidikan Kursus Dasar Jurnalistik Foto ANTARA selama tujuh bulan," kata Audy.