Lihat ke Halaman Asli

Cara Belajar Sesungguhnya - Pelajaran Bulan Ramadhan

Diperbarui: 4 Juni 2016   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : http://www.islamic-literatures.com/

Bulan dimana umat muslim akan menjalankan kewajiban puasa sebulan penuh sebagai ibadah semata-mata pembuktian ketakwaan pada-NYA, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa." ( QS.Al-Baqarah (2):183), hampir tiba. Marhaban ya Ramadhan!

Ramadhan adalah bulan yang dipilih Allah SWT untuk menurunkan kitab-kitab dan ajaran-ajaran-NYA. Dikutip dari Rahasia Pencinta Ramadhan, Watsilah bin al-Atsqa meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau pernah bersabda:

Mushaf Ibrahim telah diturunkan pada malam pertama di bulan Ramadhan, kemudian Taurat diturunkan pada malam keenam bulan Ramadhan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas bulan Ramadhan, Zabur diturunkan pada malam ke delapan belas bulan Ramadhan, sedangkan Al Quran diturunkan pada malam ke dua puluh empat bulan Ramadhan.

Yang istimewa adalah ajaran pertama Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al Alaq ayat 1-5 yang diawali dengan kata  yang berarti BACALAH. Ini disampaikan kepada Nabi Muhammad yang kala itu tidak tahu tulis-menulis dan baca-membaca namun Malaikat Jibril tetap memaksanya.

Ini menunjukkan bahwa membaca merupakan hal dasar dalam belajar. 151.825 artikel dalam Kompasiana pun telah menunjukkan pentingnya membaca. Ini pun disadari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sehingga harus mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) No.23/2015 yang didalamnya mewajibkan pelajar membaca selain buku mata pelajaran selama 15 menit sebelum hari pembelajaran (setiap hari). 

Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker

Namun bukan hanya membaca yang menjadi dasar belajar. Hal lain yang selanjutnya harus disadari ketika belajar adalah kesediaan untuk menahan hawa nafsu. Ya ... menahan hawa nafsu sebagai hikmah dari puasa itu sendiri. 

Ketika seseorang ingin belajar harus mampu tahan godaan dari segala macam hawa nafsu. Di era modern saat ini, hawa nafsu itu datang dalam beragam bentuk, mulai dari menonton begitu banyak ragam tayangan menarik dari aneka media, bermain permainan elektronik, dan lain-lain. 

Bukan berarti tidak boleh menyalurkannya, tetapi sebagaimana puasa mengajarkan ada masanya untuk menyalurkan hawa nafsu tersebut, saat azan maghrib dikumandangkan. Terlepas dari apakah penyaluran tersebut "balas dendam" yang kerap dilakukan oleh orang, yang dimaksud di sini pada dasarnya hanyalah kesadaran diri untuk mengelola kapan harus ditahan dan kapan harus disalurkan.

Gambar : Wayang Unyu Facebook Sticker

Terakhir, jangan lupa untuk merayakan keberhasilan. Idul Fitri memberi hikmah, sebagaimana dikutip dari Hadi Mulyanto dalam artikel Makna dan Hikmah Idul Fitri,  sebagai hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan; dan kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. 

Merayakan suatu pencapaian akan membawa perubahan dalam hidup dan pencapaian akan tujuan. Meskipun belajar merupakan suatu proses seumur hidup namun akan selalu ada suatu pencapaian kecil sebagai prestasi hasil dari pembelajaran tersebut. Diolah dari artikel  6 Reasons Why You Should Celebrate Success mengungkapkan beberapa alasan perayaan pencapaian prestasi, yaitu:

  • Untuk belajar dan beradaptasi 

Memahami apa yang telah dijalankan akan menginspirasi dan mengulangi kembali di masa mendatang di lain pekerjaan dan tujuan. Intinya adalah bagaimana menjadi lebih baik. 

  • Untuk membangun pola pikir keberhasilan
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline