Lihat ke Halaman Asli

Ya Yat

TERVERIFIKASI

Blogger

Sentuhan Budaya Hindu di Masjid Gedhe Mataram

Diperbarui: 30 April 2020   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gapura batu serupa candi (dok.yayat)

Masjid Gedhe Mataram yang terletak di Dusun Sayangan RT 04 Jagalan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Yogyakarta adalah masjid tertua di kota Jogja. Masjid ini berdiri pada abad ke 16. Masjid Gedhe Mataram atau Masjid Agung Kotagede menjadi salah satu tujuan orang berziarah. 

Selain itu turis mancanegara dan turis lokal pun banyak yang datang juga. Saya adalah salah satu turis lokal yang berkesempatan datang ke Masjid Agung Kotagede ini pada tanggal 25 Juli 2018.

Siang itu suasana Masjid Gedhe cukup ramai dengan orang. Selain orang datang untuk melihat-lihat, banyak yang datang untuk sholat, karena bertepatan dengan waktu sholat Dzuhur. Saya menunggu teman saya yang sedang sholat di masjid ini. 

Masjid Gedhe adalah tujuan kedua kami yang hari itu sengaja berkeliling ke Kotagede Mataram. Saya sedang berhalangan, jadi saya tak masuk ke dalam masjid dan menunggu teman di pelataran masjid.

Masjid Gedhe Mataram (dok.yayat)

Desain Masjid Gedhe sungguh kental dengan khas Jawa. Tiang masjid terbuat dari kayu besar berwarna coklat sementara bangunannya menyerupai Joglo. Lampu khas Jawa terlihat menggantung di langit-langit masjid. Warna masjid didominasi dengan warna coklat dengan sentuhan hijau di beberapa bagian dan warna putih di bagian pagar. Meski sudah beberapa kali dipugar, namun masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya.

Matahari bersinar cukup panas. Ada beberapa pohon besar di area masjid namun tetap tak dapat menahan pancaran sinar matahari. Oh ya, di jalan menuju masjid terdapat pohon beringin yang besar sekali. Pohon ini berusia ratusan tahun, oleh masyarakat sekitar, pohon beringin tua ini disebut Wringin Sepuh. Pohon beringin ini menjadi penanda lokasi Masjid Gedhe.

Masjidnya kental perpaduan budaya (dok.yayat)

Saya berjalan ke arah kiri dari gerbang masuk Masjid Gedhe. Ada gapura batu yang desainnya mengingatkan saya pada desain candi. Gapura ini menjdi tempat masuk ke area lain dari Masjid Gedhe. Memasuki gapura batu ini terdapat beberapa rumah khas Jawa lagi. Saya tak tahu rumah-rumah ini digunakan sebagai apa. Ketika saya melongok dari gapura batu, area ini sungguh sepi.  

Namun saya membaca tulisan di dinding berbatu bata yang ada di situ. Penjelasan singkat tentang Kanjeng Panembahan Senopati. Oh saya baru ingat, Panembahan Senopati memang disemayamkan di masjid ini. Mungkin tempat persemayamannya ada di balik dinding batu ini. Mengingat saya sedang berhalangan, saya tak melangkah lebih jauh.

tempat persemayaman Panembahan Senopati (dok.yayat)

Kok ada gapura berbentuk candi di Masjid Gedhe? Bukannya candi identik dengan agama Hindu? Hal ini tidak aneh untuk Masjid Gedhe karena Masjid Gedhe adalah masjid dengan percampuran budaya Islam, Jawa, Hindu dan Cina. Akulturasi budaya ini berlangsung saat era kerajaan Mataram Islam.

Pelataran masjid yang luas dengan pohon-pohon besar serupa alun-alun dalam tata ruang Jawa. Sudah biasa dalam rumah Jawa, ada semacam area untuk menunggu yang disebut Pacaosan. Pelataran ini juga mencerminkan kerajaan Islam Jawa, di mana ada halaman serupa alun-alun dan pohon beringin.

Masjid dengan desain unik (dok.yayat)

Saya lihat beberapa pengunjung yang telah selesai sholat, duduk-duduk di lantai bagian depan masjid yang menyerupai langgar. Mungkin sekalian beristirahat dan ngadem dari panasnya matahari. Saya sedang memperhatikan ornamen dinding batu ketika teman saya menegur dan mengajak saya untuk melanjutkan perjalanan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline