Gedung Kesenian Jakarta di bilangan Pasar Baru Jakarta, malam tanggal 4 Februari 2020 lalu ramai dengan pengunjung. Mereka akan menonton gelaran tari dengan lakon Ramayana yang diadakan oleh Kridha Hambeksa. Ini adalah kali keempat bagi Kridha Hambeksa menggelar pertunjukan tari tersebut. Kridha Hambeksa adalah komunitas tari yang terdiri dari ratusan anggota dengan berbagai latar belakang. Menariknya, hanya sedikit yang berprofesi sebagai penari profesional.
Saya menjadi salah satu dari dua orang kompasianer yang beruntung diajak Ketapels menonton gelaran tari ini. Kompasianer satunya lagi adalah mas Daniel Mashudi. Saya datang ke GKJ jam 7 malam, sementara pertunjukan dimulai jam 8 malam. Nggak apa menunggu sebentar ketimbang telat.
Beberapa pengunjung yang sudah hadir terlihat saling berbincang satu sama lain. Saya senang bukan hanya para orang tua yang hadir menonton tapi banyak juga anak-anak muda. Ada yang seperti pulang dari kantor, ada pula yang ala-ala anak kuliah. Senang rasanya pagelaran tari seperti ini masih diminati oleh anak-anak muda. Lepas dari mereka datang karena diundang atau karena tertarik untuk menonton.
Jam 20.00 wib, gong di depan ruangan pertunjukan dipukul. Ini adalah tanda kami bisa masuk ke dalam ruangan pertunjukan. Saya kebagian duduk di barisan J, posisinya agak di tengah, namun bisa melihat panggung dengan jelas. Masih menunggu beberapa saat hingga pertunjukan benar-benar dimulai.
Pertunjukan tari kali ini melibatkan 170 penari, mulai dari yang amatir hingga profesional. Termasuk juga 24 anak yatim piatu yang diajak serta merasakan serunya gelaran tari Ramayana sekaligus mengajarkan pada mereka untuk mencintai budaya bangsa sejak dini. Turut ambil bagian, para penari dan musisi dari Kridha Hambeksa, Kagama Beksan, Sekar Tanjung Dance Company, Alumni PSTK ITB, Alumni ISI Surakarta, Sanggar Seni Bulungan dan komunitas tari lainnya.
Ketika Rama Ragu pada Kesetiaan Shinta
Cerita Ramayana adalah cerita yang begitu terkenal dan entah sudah berapa kali dipentaskan. Namun tak ada yang bosan mendengar cerita tentang Rama dan Shinta. Cerita Ramayana yang dipentaskan oleh Kridha Hambeksa malam itu diambil dari potongan cerita dalam buku Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata. Ini adalah salah satu buku favorit saya.
Lakon Ramayana yang dipentaskan oleh Kridha Hambeksa menceritakan usaha Rama berusaha membebaskan Shinta dari tawanan Rahwana. Usaha yang tak mudah karena Rahwana menghalangi dengan berbagai cara. Rama dibantu oleh para wanara atau kera yang dipimpin Hanoman. Akhirnya Rama bisa membebaskan Shinta, namun Rama malah dilanda galau. Ia ragu bahwa Shinta masih cinta dan setia pada dirinya.
Tari Gambyong membuka acara. Penarinya adalah para ibu yang usianya tak lagi muda. Namun melihat mereka menari, saya tahu mereka bukan penari amatiran. Lenggak lenggoknya sungguh gemulai. Tari Gambyong adalah tari yang biasa dipersembahkan untuk membuka pertunjukan atau menyambut tamu.
Selesai tari Gambyong, tampil belasan penari wanita dan seorang penari pria. Penari pria itu adalah Rama yang dikisahkan sedang menyebrangi lautan untuk pergi ke Alengka. Ia dihadang oleh raksasa Alengka. Pertempuran terjadi antara Rama dan para Pandawa dengan pasukan Rahwana.
Panggung begitu semarak ketika lakon pertempuran. Puluhan penari ada di satu panggung bermandikan cahaya lampu yang didominasi merah dan biru. Berbeda dengan pagelaran tari yang pernah saya lihat, Kridha Hambeksa cukup kreatif memasukan penari dari arah penonton. Ini tak disangka oleh para penonton yang langsung heboh melihat anak-anak kecil berkostum kera masuk ke panggung melewati barisan penonton.