Sungguh saya dapat banyak pelajaran berharga di Ramadan tahun ini. Yang utamanya adalah ini Ramadan dan Lebaran saya yang pertama tanpa ayah. Satu-satunya orang tua saya ini pergi menghadap Sang Pencipta dua bulan lalu, menyusul ibu yang sudah pergi duluan beberapa tahun lalu. Jadi Ramadan dan Lebaran tahun ini saya belajar untuk ikhlas, ikhlas Lebaran tanpa orang tua.
Ramadan menjadi momen move on buat saya. Ketimbang bersedih terus karena kepergian ayah, saya berusaha memperbanyak aktivitas positif. Toh Tuhan memanggil ayah saya karena itu cara DIA menyembuhkan ayah yang sudah sakit setahun lamanya. Sama caranya ketika DIA memanggil ibu saya yang juga jatuh sakit lama sebelumnya.
Seorang teman salut karena saya begitu cepat move on dari kesedihan. Well.. sedih berkepanjangan toh tak membuat ayah saya kembali hidup bukan. Hidup harus terus berjalan. Ayah sudah bahagia di sisi Sang Pencipta, tugas saya adalah mengurusi yang masih hidup.. yaitu saya sendiri dan keluarga.
Ramadan menjadi cara saya menyegarkan pikiran dan mengembalikan fokus yang selama ini berantakan. Saya harus fokus mencapai target-target yang sudah saya buat. Iya.. agar hidup lebih hidup buatlah target dan berusahalah agar target itu tercapai. Target saya tak jauh dari profesi saya yang sekarang yaitu seorang blogger. Saya ingin menjadi blogger yang bukan hanya menjadikan profesi ini sebagai mata pencaharian, namun juga menjadikan profesi ini sebagai ladang pembelajaran.
Puasa tak boleh membuat kita jadi malas malah sebaliknya, kita harus lebih produktif dibanding bulan lainnya. Saya percaya, semua aktivitas baik yang diniatkan untuk tujuan yang baik, adalah juga ibadah namanya, yang di bulan Ramadan diganjar pahala yang begitu banyaknya. Maka ini yang saya lakukan di bulan Ramadan, dalam rangka mencapai target saya jangka panjang sekaligus mengalihkan pikiran saya dari kesedihan ditinggal orang yang tersayang :
Menulis One Day One Post Samber THR
Saya ikut event yang digelar Kompasiana ini bukan untuk mengejar hadiah (note : tapi kalo akhirnya dapat hadiah sungguh saya terima dengan ikhlas). Saya tak pernah ikut event ini sebelumnya karena udah mikir repot duluan. Bayangin nulis setiap hari dan sehari satu dengan topik tertentu. Repot sekaligus menantang.
Saya niatkan ikut event ini sebagai sarana saya belajar nulis dan belajar untuk lebih produktif. Beberapa bulan belakangan, lapak saya di Kompasiana jarang saya kunjungi. Paling-paling kalau ada balapan aja saya nulis, so ada yang dalam sebulan cuman terbit satu tulisan. Blog pribadi saya di luar Kompasiana pun sepi tulisan juga. Sekalinya nulis ya itu soal review produk pesanan. Udah kayak toko aja blog pribadi saya itu.
Hari ini adalah hari terakhir Samber THR dan saya lengkap menulis tanpa bolong satu haripun. Bahkan di hari ketika ada balapan MotoGP, saya menulis sehari dua kali. Sungguh momen yang langka. Saya hepi namun percayalah ada proses yang sulit dibalik keberhasilan ini. Sering saya mikir mau nulis apa dengan topik yang sudah ditentukan itu, terutama saya mati gaya kalo nulis soal fiksi. Makanya saya sungguh angkat topi dengan mereka para penulis fiksi.
Kalo yang lain bisa kenapa saya tidak? Berangkat dari pertanyaan ini dan kalau ingat soal target saya abaikan segala kesulitan untuk menulis. Mau bagus atau tidak artikelnya itu soal belakangan. Yang penting.. saat ini saya merasa kemampuan menulis saya lebih tinggi dibanding sebulan yang lalu dan tugas penting saya selanjutnya adalah menjaga ritme ini agar saya tetap saja menulis one day one post.. sesulit apapun.
Sisihkan Masalah, Beri Perhatian pada yang lain