Jaman sekarang, lumrah kita lihat perempuan mengerjakan pekerjaan laki-laki. Dulu.. tak pernah kita lihat perempuan bekerja sebagai sopir bis. Tapi sekarang wajar melihat wanita di atas setir bis besar seperti Trans Jakarta. Bisa jadi ini bukan hanya sebagai emansipasi wanita tapi juga karena tuntutan kebutuhan hidup. Namun keberanian para wanita ini patut diacungi jempol.
Di kota Cirebon ada seorang perempuan muda, 28 tahun, Ekawati Sukoco namanya. Seorang teman, mengenalkan ia pada saya. Layaknya perempuan lain, ia adalah perempuan ceria dan lembut yang jauh dari kesan tomboy. Namun orang akan mengernyitkan kening jika tau apa pakerjannya. Mbak Eka, panggilannya, berprofesi sebagai ojek motor wanita. Ia bekerja sendiri dan nggak bergabung dengan ojek online yang ngetop itu.
Pekerjaan sebagai ojek motor ia lakoni sejak 2016 setelah ia resign dari pekerjaannya di kantoran. Ia terjun ke profesi ini secara tak sengaja. Awalnya mbak Eka kerap diminta tolong oleh teman-temannya untuk mengantarnya kemana-mana. Saat itu karena tak punya pekerjaan tetap, mbak Eka mau mau saja.
Saking seringnya, iseng ia membuat status BBM yang secara becanda ia bilang .. kalau pada minta anter terus enak kali ya jadi tukang ojek aja. Ndilalah status itu dikomentari oleh teman-temannya yang setuju ia jadi tukang ojek. Mereka antusias mau menumpang ojek mbak Eka. Jadilah akhirnya mbak Eka menjadi ojek wanita.
Sejak awal mbak Eka memutuskan untuk hanya membawa penumpang wanita karena ia aman dan lebih nyaman jika penumpangnya wanita. Sama seperti wanita yang menjadi penumpangnya. Mereka merasa aman dan nyaman jika diboncengi oleh sesama wanita. Ojek online dulu belum masuk Cirebon, maka keberadaan ojek wanita di kota Cirebon teramat langka.
Ojek Gesrek diambil mbak Eka menjadi nama usahanya. Sebabnya simple, gesrek diambil dari sebutan teman-teman mbak Eka pada dirinya yang suka bercanda. Suka gesrek otaknya.. gitu teman-teman dekat mbak Eka mencandainya. Ongkos Ojek Gesrek ini asik. Sesuai tagline "bayar segesreknya", mbak Eka nggak pernah membuat tarif khusus untuk biaya pengantaran. Seikhlasnya penumpangnya membayar ya itu yang mbak Eka terima.
Tak ada promosi khusus dari mbak Eka atas usaha ojeknya. Promosi hanya dilakukan dengan broadcast atau promosi dari mulut ke mulut oleh pelanggannya yang puas. Kabar dari mulut ke mulut di sambut bantuan dari para pengguna sosmed di Cirebon. Akhirnya promosi makin masif dan mbak Eka kebanjiran penumpang.
Karena penumpang sudah over dan tenaganya terbatas, ia buka lowongan untuk para wanita yang mau bekerja bersamanya di Ojek Gesrek. Sayangnya tak ada respon untuk lowongan ini. Mungkin para perempuan masih asing dengan pekerjaan sebagai ojek, mungkin pekerjaan ini "bukan pekerjaan perempuan banget" atau menjadi ojek itu terlalu melelahkan.. entahlah. Akhirnya mbak Eka hanya sendirian di Ojek Gesrek sampai sekarang.
Banyaknya pelanggan nggak membuat ia lupa diri. Mbak Eka tetap punya peraturan yang dirinya sendiri harus patuhi yaitu wilayah pengantaran terbatas dan pengantaran hanya sampai sore karena ia memikirkan soal tenaga dan keamanan. Kalau merasa capek ia akan meliburkan diri. Saya percaya rezeki akan tetap menghampiri walau kita nggak ngoyo untuk menjemputnya. Kesehatan lebih penting dari materi.
Untungnya usaha mbak Eka ini didukung penuh oleh keluarganya. Namun lingkungan sekitar tak serta merta menerima pekerjaan mbak Eka. Kebanyakan masih merasa aneh seorang wanita kok berprofesi sebagai tukang ojek. Namun kita nggak akan kenyang kalau hanya mendengarkan komentar negatif dari sekitar. Kebutuhan hidup harus terpenuhi dan ketimbang mencari pekerjaan pada orang lain lebih baik menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Sekarang Ojek Gesrek bukan hanya melayani membawa penumpang tapi juga pengantaran barang dan membeli makanan. Untuk dua hal ini mbak Eka menerima order dari laki-laki juga. Namun tetap ongkos untuk dua pelayanan ini seikhlasnya, sama seperti ketika ia membawa penumpang.