Lihat ke Halaman Asli

Ya Yat

TERVERIFIKASI

Blogger

Seruput Koling di Sepotong Malioboro

Diperbarui: 11 Mei 2018   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seruputttt... (dok.yayat)

Jalan Malioboro Yogyakarta selalu ngangeni buat saya.. sama seperti kangennya saya pada kampung halaman saya di Yogya. Sebulan ini saya terhitung sering bolak balik Jakarta Yogya Jakarta. Bukan buat kerja atau jalan-jalan tapi untuk mengurus sebuah urusan keluarga. Selama beberapa hari di Yogya jalan-jalan saya hanya sekitar sawah dan rumah. Buat saya itu sudah cukup menyegarkan pikiran.

Di waktu yang sedemikian sempit, saya selalu sempatkan menengok Malioboro. Sembari saya menunggu kereta ke Jakarta berangkat dari stasiun Yogyakarta (Tugu) yang jaraknya teramat dekat dengan Malioboro.

Saya tak hendak belanja batik yang bertebaran di sisi kanan dan kiri jalan Maliboro, walau beberapa kali tertarik untuk memegangnya. Namun saya hanya duduk di bangku besi yang tersedia di sepanjang jalan Malioboro sambil menyeruput kopi favorit saya.

koling (dok.yayat)

Koling... begitulah gerobak kopi ini disebut. Koling singkatan dari Kopi Keliling. Kopi keliling ini berbeda dengan kopi keliling di Jakarta berkeliling menggunakan sepeda menjual kopi sasetan. Koling menjual kopi giling yang diseduh ala caf. Tinggal pilih mau cara V60 atau French Press.. harganya sama.. 15 ribu rupiah1 gelas dan meski namanya Kopi Keliling namun gerobaknya mangkal di sebuah tempat.

Hari itu.. siang menjelang sore, mas Koling.. sebut saja begitu karena saya tak pernah menanyakan siapa namanya (maafkan ya mas), tersenyum ramah pada saya sembari menyapa "di Yogya lagi nih mbak".. dan saya jawab dengan tak kalah ramah.. "ya mas, pengen minum Koling jadi ke Yogya lagi". Sungguh saya nggak bermaksud modus. Namun entah kenapa jawaban lebay itu keluar dari mulut saya. Babang Vale maafkan saya ya.

Robusta Lampung yang pekat (dok.yayat)

Kopi hitam yang dijual mas Koling sore itu adalah Robusta Lampung. Kopi Arabica nya baru datang jam 7 malam, which is nggak mungkin saya tunggu karena kereta saya berangkat jam 17.45 wib. Saya minta mas Koling menyeduhnya dengan cara V60. V60 itu seduhan dengan cara menuang air panas ke bubuk kopi yang ditaruh di cup kertas. Hasil seduhannya menetes ke gelas di bawahnya.

Mas Koling menyeduh kopi sembari mengobrol tentang bermacam kopi. Robusta Lampung ini enak mbak karena pahit dan sedikit asam.. kalo Kopi Toraja juga enak, pahit dan kental.. mbak pernah minum Kopi Flores? Favoritnya mbak yang mana? Begitu cerocosnya. Meski kopi jalanan tapi service mas Koling sudah seperti Barista di caf-caf terkenal.

mas Koling menyeduh kopi (dok.yayat)

Kopi seduhan ditempatkan dalam gelas kertas untuk kepraktisan. Kan enak kalau habis tinggal buang. Tak lama, kopi seduhan siap untuk saya seruput. Saya tambah gula sedikit agar tak terlalu pahit. Jangan sampai pahitnya kopi menyaingi pahitnya kehidupan (halah). Setelah mengucapkan terima kasih, saya bawa kopi itu ke bangku besi yang ada di depan gerobak Koling ini.

Posisi gerobak Koling ini ada di depan Mal Malioboro yang ramai dengan lalu lalang orang. Gerobak Koling ini bukan satu-satunya yang ada di jalan Malioboro. Ada 3 gerobak Koling tersebar di jalan ini. Jam bukanya adalah jam 11 siang hingga jam 11 malam, penjaganya terbagi dalam 2 shift dan kesemuanya berpakaian lurik khas Yogya.

Hari itu bukan hari libur tapi saya lihat banyak rombongan pelajar yang mengenakan kaos seragam. Rupanya mereka sedang tour ke Yogjakarta. Beberapa diantaranya mampir ke gerobak mas Koling untuk membeli kopi. Tentu bukan kopi hitam yang mereka beli, tapi kopi latte dingin. Harganya sama 15 ribu aja.

mas Koling lagi serius (dok.yayat)

Mas Koling memang menjual beragam kopi namun kopi panasnya hanya kopi hitam. Kopi Koling ini cukup laris. Ada turis Jepang yang mampir ke gerobak Koling dan membeli kopinya. Mas Koling melayaninya dan berbicara dalam bahasa Inggris. Bahasa Inggris dengan logat jawa kental. Nggak masalah yang penting mas turis Jepang mengerti kan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline