Lihat ke Halaman Asli

Ya Yat

TERVERIFIKASI

Blogger

Mengintip Proses Rekaman Asmara di Tengah Bencana 2

Diperbarui: 5 Agustus 2017   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

proses rekaman (dok.yayat)

"Puspaningrum.. saya ingin tau..  apa yang sedang terjadi di dalam Puspoyudan, kok sepertinya ramai sekali."

Kalimat ini saya dengar ketika saya memasuki ruang studio rekaman Cut2cut di bilangan Cawang Jakarta Selatan. 4 orang sedang berada di dalam ruang rekaman, membaca dialog sebuah cerita. Cerita itu adalah Asmara Di tengah Bencana yang memasuki season kedua. Sandiwara radio Asmara Di Tengah Bencana dibuat atas kerjasama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Misinya adalah menyampaikan informasi tentang cara menanggulangi bencana yang dibalut dengan kisah cinta pada jaman kerajaan.

Yang seumur dengan saya (berasa tua nih) mungkin dulu pernah mendengar sandiwara radio di era Tutur Tinular dan Saur Sepuh. Dulu radio memang menjadi sarana hiburan kedua setelah televisi. Di jaman itu belum ada telephone genggam soalnya jadi berselancar di sosmed belum menjadi kebiasaan. Sandiwara radio menjadi acara favorit saya selain musik. Tutur Tinular dan Saur Sepuh adalah cerita mengenai jalan hidup manusia dalam drama percintaan di dunia persilatan.

Masuk ke era gadget yang serba digital saya melupakan sandiwara radio, disamping saya sendiri sudah sibuk dengan urusan pekerjaan, rumah tangga dan masalah hidup (halah). Ndilalahnya beberapa waktu lalu saya mendengar tentang adanya sandiwara radio Asmara Di tengah Bencana. Memori saya kembali ke masa Saur Sepuh, apalagi penggiat sandiwara ini adalah orang-orang yang sama membuat Saur Sepuh dan Tutur Tinular dulu.

Pak Harry dan pak Edi Dhosa (dok.yayat)

Dengan perantara seorang teman di Bali (thanks to Anggi) yang adalah penggemar sandiwara radio dan tetap berhubungan dengan para penggiat sandiwara radio dari sanggar Pratiwi, saya datang untuk melihat bagaimana ADB 2 direkam. Tentu kesempatan untuk melihat proses perekaman ADB 2 tidak saya sia-siakan, terlebih para pengisi suara berkumpul di hari itu.. Kamis 3 Agustus 2017.

Pak Indra Mahendra menyambut kedatangan saya. Pria ramah ini mengenalkan saya pada para pengisi suara yang sedang bercengkrama di ruang tamu, sambil menunggu gilirannya untuk merekam suara. Upssss... ada bu Ivone Rose, mbak Ajeng, pak Edi Dhosa dan banyak pengisi suara yang lain.. termasuk pak Ferry Fadli. Suara para pemain ini akrab dengan saya beberapa tahun lampau. Pak Edi Dhosa adalah pengisi suara Raden Samba di serial Saur Sepuh. Sementara ibu Ivone Rose... siapa yang tak mengenalnya.  

Pak Indra Mahendra membawa saya ke ruang rekaman, untuk melihat proses rekaman suara. Ruangan terbagi 2, satu ruang untuk pak Indra dan pak Yoko memantau proses rekaman, serta ada satu orang lagi yang fokus memperhatikan layar monitor. Satu ruang lagi adalah ruang untuk rekaman suara. Ada 2 mik di ruangan ini lengkap dengan headphone. Suara dari ruang rekaman terdengan jelas ke ruang tempat saya dan pak Indra duduk. Dua ruang ini dibatasi kaca, sehingga saya bisa melihat para pengisi suara.

pak Azhari (dok.yayat)

Ada 15 seri ADB 2 yang direkam hari itu. Perkiraan proses rekaman selesai jam 18.00. Masih ada cukup waktu untuk saya melihat proses rekaman dan berbincang dengan para pengisi suara. Fokus saya terpecah ketika pak Ferry Fadli masuk ke ruang rekaman dan bersiap untuk merekam suaranya. Pak Ferry Fadli adalah salah seorang yang memang ingin saya temui sore itu. Di Saur Sepuh, pak Ferry Fadli mengisi suara tokoh Brama Kumbara, si Satria Madangkara, tokoh sentral dalam cerita ini.

Suara pak Ferry Fadli masih terdengar sama seperti ketika ia mengsi suara Brama Kumbara. Masih empuk dan sangat khas. Sama khasnya dengan penampilan pak Ferry yang setia dengan ikat kepalanya. Di ADB 2 pak Ferry mengisi suara tokoh Jatmiko, tokoh sentral dalam ADB 2. Sambil memegang kertas bertuliskan dialog yang harus mereka ucapkan, para pengisi suara menunaikan tugasnya.

Yang menarik adalah para pengisi suara nggak pakai latihan dulu lho. Jadi ketika tiba gilirannya buat rekaman, para pengisi suara dipanggil masuk, lalu langsung merekam dialog berdasarkan naskah. Tak ada kesulitan sama sekali karena membaca dialog sudah seperti nafas sehari-hari kata pak Edi Dhosa, sudah terbiasa.

ibu Ivone Rose (dok.yayat)

Pak Haryoko, sutradara ADB 2 menginterupsi proses rekaman jika ia merasa suara yang diucapkan kurang sesuai dengan yang ia inginkan. Fokus.. fokus.. suara nafasnya jangan begitu.. kan ambil nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut.. begitu katanya kepada para pengisi suara. Proses pengambilan suara itu sendiri berjalan serius tapi santai. Kami tertawa juga kalau ada yang lucu terjadi dalam dialog yang direkam.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline