Lihat ke Halaman Asli

Ya Yat

TERVERIFIKASI

Blogger

FFPI 2015, Film Menarik Tidak Harus Rumit

Diperbarui: 6 Februari 2016   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bubar Jalan... sang jawara (dok.yayat)"][/caption]Film menarik itu nggak harus rumit, cerita sederhana pun bisa bikin film jadi menarik. Apalagi didukung oleh pemeran dengan akting yang bagus, walau si pemeran bukanlah artis top yang sudah main di belasan film. Inilah kesimpulan yang saya dapat setelah menonton film-film yang masuk menjadi finalis Festival Film Pendek Indonesia 2015 yang diselenggarakan oleh Kompas TV, 22 Januari 2016 lalu. Total ada 10 film dari kategori pelajar dan kategori umum yang masuk final, disaring dari 200 an film pendek yang mengikuti FFPI 2015 ini.

Saya jarang... sangat jarang menonton film Indonesia. Kalo saya nonton berarti saya sedang dapat nonton gratis (jujur). Film-film Indonesia bagus yang menurut orang lain wajib ditonton tetap tidak membuat saya rela antri di bioskop untuk menontonnya. Alasan saya... film-film Indonesia sekarang ini membosankan. Cerita yang diambil itu berat.. saya sudah banyak masalah, nggak ingin nonton film yang masalahnya mbulet, tambah puyeng ntar saya (malah curcol).

Tapi saya takjub kemarin setelah menonton 10 film finalis ini. Film seperti ini nih yang ingin saya tonton. Ceritanya nggak jauh dari soal keseharian, lucu dan pemerannya bukan artis top yang bikin bosen saking seringnya ia wara-wiri di tipi. Film pendek berdurasi 5-10 menit. Jadi ini tantangan buat sutradara dan penulis cerita buat bikin film pendek jadi menarik dan memberikan kesan buat para penontonnya. Mau tau nggak, apa aja film pendek yang finalis FFPI 2015 Kompas TV? Ini daftarnya :

KATEGORI UMUM

Ojo sok sok an

Bercerita tentang seorang anak muda yang ingin gaul seperti anak-anak muda di kota. Anak muda ini ingin meniru telephone genggam dan bahasa yang sering diucapkan anak-anak muda ibukota agar ia dibilang pemuda yang gaul. Tapi akhirnya si anak muda ketemu batunya setelah ketemu gadis cantik yang ternyata... bahasa jawanya luwes banget. Film diambil dalam suasana obrolan di angkringan dan berlatar belakang kota Jogjakarta.

Ruwat

Di daerah Dieng, ada anak berambut gimbal yang akan di ruwat. Ruwat adalah hal yang wajib dilakukan untuk anak berambut gimbal agar rambutnya tumbuh normal lagi. Nah udah jadi kebiasaan bahwa anak yang akan diruwat boleh mengajukan permintaan sebagai syarat kesediaan diruwat dan orang tua harus memenuhi keinginan tersebut. Si anak punya permintaan yang nggak tanggung-tanggung. Ia pengen ke Hongkong pemirsa. Untuk orang tua yang hanya bertani tentu permintaan ini sulit dipenuhi. Sapi satu-satunya milik orang tua si anak hampir dijual demi si anak pergi ke Hongkong. Untungnya sapi urung dijual karena si anak tiba-tiba nggak mau pergi ke Hongkong gara-gara.. kodok! Hahahahaha...

[caption caption="Para juara (dok.yayat)"]

[/caption]

Nilep

Lagi-lagi berlatarbelakang daerah jawa. Bercerita tentang dua orang anak yang mencuri sebuah mainan dari pedagang mainan. Temannya yang lain mengingatkan perbuatan itu tidak baik dan menyarankan anak yang mencuri agar mengembalikan mainan ke pedagangnya. Tapi si anak takut karena sering mendengar berita pencuri yang dikeroyok dan dipukuli oleh orang banyak. Akhirnya si anak punya cara kreatif agar si mainan kembali ke pedagang dan dirinya aman yaitu.. lewat tukang pos. Padahal mainannya itu gigi-gigian seharga ratusan rupiah hahaha..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline