Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Kata Amnesty International: Serangan Rusia di Suriah Termasuk Kejahatan Perang

Diperbarui: 31 Desember 2015   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi Perang Suriah

img : bloomberg

Hingga hari ini, Suriah masih menjadi zona merah perang tanpa henti. Walau sudah menghancurkan tatanan sosial masyarakat Suriah, memporakporandakan kota-kota penting di Suriah, hingga menyebabkan jutaan warga Suriah mencatatkan rekor sebagai migrasi manusia terbesar dalam sejarah modern. Suriah masih saja bergejolak. Bahkan serangan bertubi-tubi militer Rusia di bawah kendali presiden Bashar al Assad yang harusnya menarget kamp ISIS seringkali salah sasaran. Dilaporkan oleh sejumlah media internasional, setiap harinya ribuan warga sipil Suriah yang masih bertahan di negaranya menjadi korban dari pengeboman tentara Rusia yang serampangan dan menyasar lokasi padat penduduk.

Akibat ulah militer Rusia ini, lembaga Amnesty International menegaskan bahwa pengeboman militer Rusia yang membunuh penduduk sipil bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang yang serius. Seperti yang dilansir dari CNN Indonesa, Amnesty merilis pernyataan bahwa “serangan udara Rusia di Suriah faktanya telah menewaskan ratusan warga sipil menyebabkan kerusakan besar di area permukiman, rumah, sebuah masjid dan pasar yang ramai, juga fasilitas medis.”

Atas dasar bukti-bukti tersebut, Amnesty International akan menggugat Rusia atas bukti pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.

Menurut catatan Amnesty International, sejak bulan November tahun 2015, serangan udara Rusia telah menewaskan sedikitnya 200 orang warga sipil. Amnesty mencatat serangan militer Rusia yang menarget pemukiman penduduk ini terjadi di Homs, Idlib dan Aleppo. Bukti-bukti pelanggaran kemanusiaan kelas berat yang dilakukan oleh militer Rusia di Suriah dikumpulkan Amnesty lewat wawancara dengan saksi dan korban, serta pada bukti video dan gambar yang menunjukkan situasi pascaserangan.

Untuk diketahui, keterlibatan Rusia dalam arena perang Suriah pertama kali terjadi pada bulan September tahun 2015. Rusia mengatakan ingin membantu sekutu utama Kremlin di Timur Tengah, Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengalahkan ISIS dan kelompok militan lainnya.

Namun apa yang terjadi justru semakin membuat kacau kondisi Suriah. Alih-alih mengedepankan upaya damai, kini Suriah semakin hancur porak poranda. Lebih dari satu juta penduduk Suriah sudah diungsikan ke sejumlah negara. Termasuk ke tanah Eropa.

Suriah menjadi bukti nyata bahwa ego atas kepemimpinan masih menjadi alat untuk menghalalkan segala cara. Termasuk merenggut habis hak-hak warga sipil Suriah untuk hidup dalam keamanan dan ekonomi yang terjamin.

Kini jutaan pengungsi Suriah masih berharap keajaiban bahwa negaranya akan kembali lagi seperti semula. Dengan kedamaian dan keamanan yang terjamin. (cal)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline