Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Sekolah Baru di Tanah Alor, Ketika Sekolah di Perbatasan Negeri itu Perlahan Terwujud

Diperbarui: 18 November 2015   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sekolah-perbatasan-negeri

Selama ini perbatasan negeri selalu menjadi wilayah diabaikan oleh beragam gemerlap pembangunan. Selama berkali-kali pemimpin negeri ini berganti, nampaknya tak ada yang betul-betul memahami bahwa Indonesia itu terdiri dari ribuan pulau kecil. Ribuan pulau di perbatasan yang perlu juga untuk diperhatikan infrastrukurnya. Terlebih bangunan fisik yang dipakai untuk proses belajar mengajar calon pemimpin bangsa. Seperti kisah tentang nihilnya bangunan sekolah di Tanah Alor, Nusa Tenggara Timur.

“Hore, alhamdulillah Kaka, torang punya sekolah!” teriak Nanda tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

Nanda adalah sebagian kecil dari puluhan siswa seumurannya yang kini sedang didekap rasa bahagia. Kala itu, Nanda nampak memandangi orang-orang dewasa yang sedang menggali tanah dengan mata berkaca-kaca. Di mata siswi kelas dua Madrasah Tsanawiyah Insan Cita Moru ini, pemandangan di depannya niscaya begitu indah. Sebab, di atas tanah yang sedang digali oleh orang-orang dewasa itu, di antara mereka adalah guru-gurunya, nantinya akan berdiri sebuah gedung sekolah. Ya gedung sekolah baru di wilayah perbatasan Indonesia. Wilayah tertinggal dan terpencil yang minim sekali punya infrastruktur sekolah.

Sebelumnya, para siswi MTS Insan Cinta Moru harus belajar dengan menekan rasa malu. Pasalnya, mereka terpaksa belajar dengan menumpang di sekolah yang bukan milik mereka. Hariati, kawan kelas satu Nanda mengaku malu, sebab kerap diejek kawan-kawan dari sekolah lain.

“Saya malu selalu dapat hinaan dari teman-teman Sekolah Dasar (SD) dulu, katanya kami tak punya gedung dan lantainya bolong-bolong”, ujar Hariati, saat menyaksikan penggalian pondasi Madrasah Tsanawiah Swasta (MTS) Insan Cita Moru, Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya (Abad), Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (15/11). Selain tukang bangunan, segenap elemen masyarakat, ketua adat, wali murid, guru, dan siswa ikut berpartisipasi dalam pembangunan dengan penuh ceria dan semangat.

Intan Sari Abdul Kadir, siswa kelas dua, juga nampak begitu bergembira. Pembangunan sekolah dengan dinding beton ini adalah jawaban atas doa-doanya.  Intan mengaku, setiap hari berdoa agar sekolahnya segera punya gedung sendiri. Intan mengaku tak tahan karena sering dihina oleh teman-temannya dari sekolah lain seperti Hariati, ketika mereka berjumpa.

“Intan berdoa saat waktu shalat maghrib agar punya gedung baru dengan seng berwarna biru,” tutur Intan.

Hariati, Intan dan Nanda bersama siswa lainnya pun ikut serta membantu membangun pondasi sekolah, mereka mengangkut batu-batu kali ke lubang pondasi yang telah digali oleh warga. Di hari Sabtu segala aktivitas belajar mengajar memang diliburkan guna memberi kesempatan para siswa dan guru untuk berpartisipasi langsung dalam pembangunan sekolah baru mereka.

Tak ketinggalan Haji Abdul Kadir, Kepala Sekolah MTS Insan Cita Moru ikut menggali, memotong akar pohon yang menghalangi jalur pondasi, bahkan kepala desa Tribur, Nuding Boling, ikut berpartisipasi mengangkut batu. Seolah tak ingin ketinggalan dalam momen berharga ini.

Banyaknya warga yang ikut bergotong royong pun ikut berpengaruh pada cepatnya proses penggalian pondasi, menjelang pukul 10.00 WITA sudah selesai, tak sampai tengah hari dan jelas lebih cepat dari waktu yang ditargetkan.

MTS Insan Cita Moru dibangun oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) atas donasi dari Wardah sebagai bagian dari Program Tepian Negeri. (act.id)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline