Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Semenanjung Sinai, Lokasi Jatuhnya Pesawat Rusia Kogalymavia

Diperbarui: 4 November 2015   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://blog.act.id/wp-content/uploads/2015/11/semenanjung-sinai.jpg

Awal November 2015 dibuka dengan sebuah tragedi yang menyentak nurani. Pesawat komersial berbendera Rusia, Kogalymavia hilang kontak tak lama setelah lepas landas dari Bandara Shar el-Sheikh. Pesawat akhirnya ditemukan hancur berkeping-keping, tak menyisakan satu pun korban selamat. Pesawat jatuh dan menghujam tanah di Semenanjung Sinai.

Mendadak, wilayah Semenanjung dan Pegunungan Sinai menjadi dikenal dunia. Terlebih jika dikaitkan dengan kejanggalan kasus jatuhnya pesawat Rusia ini. Beragam analisis menyebut bahwa pesawat jatuh setelah meledak terlebih dahulu di udara. Pemberontak militan yang berafiliasi dengan ISIS pun mengklaim telah menjatuhkan pesawat berbendera Rusia. Semua analisis itu menyimpulkan pada satu kesimpulan prematur bahwa Pesawat komersial Rusia itu jatuh dan menewaskan 224 penumpangnya karena serangan teroris militan ISIS di atas Semenanjung Sinai.

Selama ini memang diketahui bahwa wilayah Pegunungan di Semenanjung Sinai merupakan salah satu basis dari pemberontak militan.

Semenanjung Sinai atau dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Sinai Peninsula merupakan sebuah semenanjung berbentuk segitiga yang terletak di wilayah Asia Barat namun menjadi bagian dari negara Mesir di Benua Afrika. Daratan seluas 60,000 km2 (23,000 sq mi) ini dibatasi oleh Laut Tengah di utara, Laut Merah di selatan, Terusan Suez di barat, dan perbatasan dengan Israel di timur laut. Daerah ini menjadi penghubung antara benua Asia dan Afrika.

Semananjung Sinai ini hampir semuanya tertutupi oleh wilayah Padang Pasir yang tak berpenghuni. Namun di beberapa kota pesisirnya seperti Sharm el Sheikh menjadi lokasi destinasi favorit wisatawan Eropa untuk berlibur di tengah cuaca terik Laut merah.

Selama beberapa tahun terakhir, seperti yang dilaporkan oleh CNN, gejolak militan di wilayah Sinai telah menjadi pertanda paling nyata bahwa situasi politik dan keamanan di negara Mesir belum stabil. Masih teringat dalam ingatan bahwa kini Mesir dipimpin oleh Presiden Abdel Fattah al-Sisi, Ia memimpin Mesir setelah gerakan besar masyarakat Mesir menggulingkan mantan Presiden Mohammed Mursi. Kala itu Mursi pun memimpin Mesir setelah menggulingkan Presiden Hosni Mobarak. Gejolak politik besar-besaran telah membawa kondisi keamanan Mesir jatuh pada titik terendah.

Kini setelah Presiden berganti menjadi Abdel Fattah al-Sisi nyatanya tak membawa perubahan yang berarti.

Dilaporkan oleh CNN, di awal tahun 2015 ini misalnya. Terjadi sebuah kerusuhan besar yang bertepatan dengan peringatan empat tahun perlawanan masyarakat memberangus kebusukan Presiden Hosni Mobarak. Pada kerusuhan itu, sekitar 20 orang dinyatakan tewas.

Nyatanya memang, pemberontakan terhadap situasi politik yang masih memanas di Mesir tak hanya terjadi di wilayah Kairo di pusat Kota. Namun juga bergejolak di wilayah Semenanjung Sinai. Akhirnya kelompok militan pun tumbuh subur dan berbasis di wilayah Gurun Sinai yang berbatasan langsung dengan wilayah Gaza dan Israel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline