Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Tiga Alasan Mengapa Kita harus Menjaga Hutan Kita dari Kerusakan, Pembakaran dan Deforestasi

Diperbarui: 2 November 2015   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kondisi-hutan-indonesia

Kebakaran hutan tahun 2015 menyeruak menjadi sebuah tragedi. Masyarakat Indonesia dibuat kalang kabut dengan kasus kebakaran hutan yang akhirnya memicu kabut asap sangat pekat. Tujuh provinsi setidaknya tercatat sebagai wilayah terdampak asap paling parah. Jangan bayangkan berapa parah kondisi kabut asap beracunnya seperti apa. Bagi masyarakat Jambi, Riau, Sumatera Selatan dan Palangkaraya, indeks standar pencemaran udara yang harus mereka hirup setiap harinya berada di angka 2000 lebih! Atau 4 kali lipat lebih ekstrem dari kadar paling berbahaya.

Jika direnungi lebih jauh, kasus kebakaran hutan tahun 2015 ini bertingkah semakin parah dan makin sulit untuk dipadamkan adalah sebuah wujud dari manifestasi kerusakan hutan Indonesia yang makin parah. Kebakaran hutan akhirnya diketahui dilakukan secara sengaja oleh oknum busuk korporasi perkebunan.

Namun nyatanya pembakaran hutan hanyalah segelintir aksi perusak lingkungan dan hutan Indonesia. Jauh sebelum kebakaran hutan Indonesia tahun 2015 ini, kisah tentang perusahaan besar industri perkebunan yang melakukan sesuatu tak bertanggung jawab dan melanggar hukum di atas hutan Indonesia sudah ribuan kali terjadi. Namun kita menutup mata dari masalah tersebut.

Lalu bagaimana cara menanggulangi kerusakan hutan dan kebakaran hutan terulang terus di tahun-tahun berikutnya? Ini 3 alasan mengapa Kita harus menjaga hutan kita dari kerusakan, pembakaran, dan deforestasi masal.

  1. Hutan adalah milik bersama, bukan milik perusahaan besar, bukan milik pemerintah sekalipun

Kenyataan paling utama adalah pondasi dari upaya menjaga hutan dari kerusakaan. Pada dasarnya setiap jengkal hutan Indonesia adalah milik bersama. Bagian intergral dari warisan bangsa jika mengambil istilah Greenpeace Indonesia. Hutan bukan lah untuk sekadar keuntungan komersil jangka pendek. Hutan adalah kekayaan yang abadi yang harus dikelola secara berkelanjutan untuk kepentingan seluruh masyarakat. Bukan hanya kepentingan korporasi besar pemilk izin konsesi lahan

  1. Sekitar satu dekade lalu, survei ilmiah yang valid menunjukkan kenyataan bahwa Taman Nasional Tesso Nilo adalah lokasi keanekaragaman hayati paling kaya di dunia, namun kiri kondisinya ironis.

Kenyataannya ini didapatkan dari lansiran Greenpeace, bahwa Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau Kabupaten Pelalawan, Indragiri Hulu adalah yang terkaya di dunia. Namun kini, sejak tahun 2011 lalu penghancuran secara besar-besaran tengah terjadi di Tesso Nilo. Sebagian besar penghancuran dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit. Hingga tulisan ini diturunkan sudah ada kehancuran setengah dari luas hutan yang masih tersisa. Ironis!

  1. Hutan adalah rumah bagi 2 pertiga spesies hewan di darat

Sedikitnya di alam bebas Sumatera ada sekitar 400 ekor harimau Sumatera yang masih tersisa. Namun spesies mereka terus menghilang pada tingkat yang sangat mengejutkan. Kini harimau sumatera adalah kategori satwa yang terancam punah karena habitatnya di hutan semakin terkikis, makin hancur dan berubah menjadi lahan kelapa sawit. Tak hanya harimau, hutan tropis di Sumatera pun merupakan rumah bagi gajah, orangutan dan berbagai bentuk satwa langka lainnya. (cal)

Sumber Gambar Utama: greenpeace



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline