Sungguh luar biasa besaran serta implikasi yang dihasilkan dari bencana kebakaran hutan yang harus ditanggung Indonesia pada tahun 2015 ini. Jika kebakaran terus berlanjut dan bertambah semakin luas wilayahnya, bukan tak mungkin darurat kebakaran hutan 2015 akan menjadi yang paling buruk dibandingkan kasus serupa tahun 1997-1998 silam. Tengok saja bagaimana perkembangan terakhir dari kasus kebakaran hutan tahun 2015 ini, awalnya kobaran api yang menghasilkan jejak kabut asap pekat hanya berkobar di Sumatera, khususnya Riau. Lalu beranjak ke area hutan konsesi Kalimantan, menyebar hingga ke seluruh wilayah Kalimantan. Dan kini kabar terakhir menunjukkan asap juga terjadi di wilayah Indonesia Timur, Tanah Papua yang memang punya kepadatan hutan cukup rapat juga ikut terbakar.
Luar biasa sudah implikasinya. Mungkin jika dihitung, tak ada satupun area hutan di Indonesia mulai dari timur ke barat yang tak dilanda kebakaran hutan. Dikutip dari CNN Indoenesia, Badan meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jeffman di Kota Sorong melaporkan kabar terakhir dari kasus kebakaran hutan Papua. Menurut otoritas BMKG Sorong, sedikitnya sudah ada sekitar 40 titik kebakaran hutan di Papua.
Di hutan mana lokasi titik api terbanyak?
Melihat dari pantauan satelit, hutan yang terbakar paling banyak ada di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Di Kabupaten yang terletak di ujung barat wilayah Papua, atau wilayah “kepala burung” bagian selatan ini terdeteksi sebanyak 27 titik api.
Lalu berikutnya api terlihat di wilayah hutan terbesar di Kabupaten Kaimana, kemudian ada empat titik api di Sorong, satu titik Tambrauw dan dua titik di Kabupaten Teluk Wondama. Data dikutip dari lansiran informasi CNN.
Satu hal yang berbeda dari kasus kebakaran yang mengepung Kalimantan dan Sumatera, kasus terbakarnya area hutan di Papua bukan merupakan ulah dari perusahaan nakal perkebunan sawit yang sengaja membakar hutan untuk membersihkan area lahan sebelum ditanami kelapa sawit. Namun kebakaran hutan di tanah Papua biasanya dilakukan oleh masyarakat suku setempat. Alasannya bisa bermacam-macam, ada yang sengaja membakara lahan untuk mengembalikan kesuburan tanaman, ada pula yang membakar lahan karena sudah masuk musim berburu. Beberapa suku di Papua memang punya budaya untuk membakar lahan demi memancing buruan hewan-hewan liar di hutan keluar dari sarangnya.
Lantas bagaimana dengan upaya mengatasi kebakaran hutan yang berkobar di tanah Papua? Jika mengandalkan pesawat pengangkut air hampir mustahil rasanya. Pasalnya puluhan pesawat pemadam kebakaran hutan yang disiapkan pemerintah masih kewalahan mengatasi kobaran api di hutan Kalimantan dan Sumatera. Tak ada sumber daya lagi yang bisa disiapkan untuk memadamkan kebakaran hutan Papua selain menunggu hujan datang.
Prediksi dari BMKG, musim hujan baru akan turun merata di wilayah Indonesia pada bulan November 2015 mendatang. (cal)
img : tempo