Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Ini Aksi Nyata Indonesia untuk Pengungsi Suriah

Diperbarui: 17 September 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pbs.twimg.com/media/CPEcgfTU8AAdaW_.jpg

Urusan krisis pengungsi Suriah sepekan terakhir ini kembali menguat. Bencana kemanusiaan yang merenggut hak hidup masyarakat Suriah selama lebih dari 4 tahun terakhir nyatanya memang belum tuntas. Negeri Suriah dengan jutaan jiwa masyarakat muslimnya masih terus meratapi duka setiap harinya, dalam desingan suara peluru dan bom kimia yang dijatuhkan oleh milisi perlawanan dan militer pemerintah. Lagi-lagi masyarakat sipil menjadi korban dari kedahsyatan dampak perang.

Pada akhirnya, jutaan jiwa pengungsi Suriah dan negara-negara yang berkonflik lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara pun nekat melakukan eksodus besar-besaran ke sejumlah negeri Eropa. Mereka mengetuk pintu Eropa, berharap uluran tangan dan suaka untuk mencari keamanan dan memulai hidup baru di tanah Eropa.

Terpanggil oleh penderitaan pengungsi dan gelombang imigran Suriah beberapa negara Eropa, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang mewakili gerakan kemanusiaan masyarakat Indonesia untuk Suriah mengirimkan tim kemanusiaan ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa.

Kenyataannya krisis kemanusiaan Suriah, telah memaksa ribuan jiwa warga mengungsi dari tanah airnya. Dari data yang dihimpun Tim Global Partnership Network (GPN)-ACT sebanyak 1.938.999 pengungsi Suriah sudah berada di Turki, 249.728 berada di Irak, 629.245 berada di Yordania, 132.375 berada di Mesir dan 1.172.153 berada di Libanon.

Konflik di Suriah sudah bertahun-tahun merenggut rasa nyaman jutaan jiwa yang masih merenungi kedamaian di dunia ini. Bencana kemanusiaan ini sudah mencabut nyawa tak kurang dari 250.000 jiwa penduduk Suriah. Memicu gugatan kemanusiaan antarnegara, relasi multilateral terusik. Lantas bagaimana Indonesia bersikap?

“Indonesia, dalam konteks kemanusiaan, terlebih ketika kami – lembaga kemanusiaan yang menyatakannya, tentu bukan dialamatkan kepada pemerintahan Republik Indonesia, melainkan kepada sesama rakyat Indonesia. Kepada masyarakat sipil Indonesia, kami mengimbau, muliakan diri kita, masyarakat kita, bangsa kita dengan peduli dan berbuat sesuatu demi menolong sesama manusia meski mereka bukan bangsa kita,” ungkap Ahyudin, Presiden dari ACT.

Ahyudin pun menambahkan bahwa sesungguhnya kebersamaan masyarakat sipil menanggulangi krisis kemanusiaan, membuktikan bagaimana lembaga-lembaga kemanusiaan yang awalnya hanya bisa membantu satu dua negara, makin lama makin hebat. Lembaga swadaya masyarakat di banyak negara punya pola yang serupa, ketika serius menolong bangsa lain, secara bertahap menjadi mampu menolong begitu banyak bangsa.

Termasuk lembaga kemanusiaan di Indonesia, saat ini bermunculan dengan kapasitas global meski hidup dari dayadukung antar masyarakat sipil. Bangsa besar, bukanlah dengan kekuatan militer atau ekonomi saja, melainkan karena masyarakat sipilnya juga hebat dalam menolong bangsa-bangsa lain.

Imam Akbari selaku Senior Vice President ACT yang memimpin penanggulangan krisis kemanusiaan global memaparkan visi besar di balik aksi nyata Indonesia untuk pengungsi Suriah.

Selama melakukan aksi Kepedulian terhadap saudara sesama manusia di belahan dunia lain, kami dari ACT selalu mengibarkan dan menyertakan merah putih di dada kami. Tim kami merasa sebagai duta bangsa Indonesia, membawa nama besar bangsa, menegakkan amanah dari segenap bangsa Indonesia, untuk berkonstribusi bersama memberikan manfaat bagi saudara sesama manusia di belahan bumi ini,”jelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline