Lihat ke Halaman Asli

Aksi Cepat Tanggap

Organisasi Kemanusiaan

Kisah Shelter Rohingya di Aceh: Refleksi Kemanusiaan Indonesia

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita tentang etnis Rohingya, adalah kisah tentang ratusan ribu orang di negeri Arakan Myanmar yang kenyang akan hantaman penderitaan, penindasan serta tindakan pemiskinan akibat tak adanya pekerjaan dan hak hidup yang layak selama puluhan tahun.

Rohingya telah melakukan perjalanan ilegal selama tiga dekade terakhir. Penindasan oleh kaum mayoritas etnis Buddha di Rakhine telah memaksa mereka melakukan eksodus besar-besaran. Tujuannya hanya satu, mencari kehidupan yang lebih layak di seberang Teluk Bengal dan Laut Andaman.

Namun, keluar dari Rakhine Myanmar nyatanya bukanlah pilihan tepat yang seketika memutus penderitaan mereka. Terkatung di tengah laut, diusir oleh tentara penjaga perbatasan laut Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Hingga terperosok dalam jurang penyiksaan kelompok perdagangan manusia serta serangan penyakit ganas di tengah hutan lebat perbatasan Thailand-Malaysia.

Sebelum kisah heroik penyelematan orang Rohingya oleh nelayan lokal Aceh beberapa waktu silam, kisah tentang Rohingya tak pernah luput dari putaran perjalanan pedih itu. Ditindas di Rakhine, mati sia-sia dalam perjalanan ilegal di tengah laut, atau penyiksaan dan mati karena penyakit di tengah perjalanan penyelundupan di hutan belantara Thailand.

Namun apa yang diberikan masyarakat Aceh sebulan lalu betul-betul berbeda. Alih-alih dibuang atau diusir kembali keluar dari tanah Darussalam Aceh, ribuan pengungsi Rohingya malah diterima dengan sangat baik, disambut, dilayani bagaikan tamu istimewa yang sengaja dikirimkan Allah untuk dimuliakan. Bahkan bersama dengan kontribusi langsung masyarakat serta pemerintah Aceh, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap berada dalam garda terdepan, berinisiatif membangun hunian atau shelter yang layak dan terintegrasi bagi seribu lebih orang Rohingya di Aceh Utara.

Penampungan terintegrasi atau Integrated Community Shelter Rohingya kini masih dalam proses pembangunan. Sesuai dengan rencana, akan dirampungkan pada minggu ke dua bulan ramadhan. Shelter berjumlah 120 unit terdiri dari blok perempuan, blok laki-laki, dan blok khusus dihuni anak-anak dan keluarga. Tak luput pula disediakan fasilitas terintegrasi yang layak seperti taman, fasilitas ibadah, layanan kesehatan, pendidikan, bahkan aula besar untuk ruang pertemuan.

Berdasarkan paparan ACT, pembangunan shelter seharga milyaran rupiah itu merupakan bukti nyata adanya kolaborasi kemanusiaan yang hidup dan efektif yang digerakkan langsung oleh masyarakat Indonesia.

Pembangunan Integrated Community Shelter pun bersifat permanen, hal ini menyimpulkan bahwa segenap masyarakat Indonesia, khususnya warga Aceh bersedia dengan ikhlas menyambut Orang Rohingya sebagai saudara baru. Sebuah refleksi apik tentang kemanusiaan dan persaudaraan sesama umat muslim yang tak mengenal batas negara, bahasa, ras, etnis, dll.

Dalam prosesnya, pembangunan Integrated Community Shelter (ICS) telah memasuki fase kurang lebih 30%-40% pembangunan. Keterlibatan aktif masyarakat Aceh Utara dalam pembangunannya patut diapresiasi setinggi langit. Keberkahan pun perlahan dirasakan, dengan membantu pembangunan, banyak masyarakat Aceh yang ikut tergerak hatinya untuk produktif membantu apapun yang bisa mereka lakukan. Laporan langsung dari desa Gampong, Aceh Utara tempat lokasi ICS didirikan menyebutkan bahwa, banyak warga Gampong yang terpantik untuk ikut produktif ikut serta membangun. Tak lain, semua dilakukan karena rasa kemanusiaan itu memang betul-betul nyata tak mengenal batasan. Allahu Akbar! (CAL)

AKSI CEPAT TANGGAP

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline