Lihat ke Halaman Asli

Sesungguhnya, Kita Lebih Kaya daripada Malaysia

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun depan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) berencana akan membuka rute baru penerbangan Bandung – Kuala Lumpur. Sebagaimana disampaikan oleh District Manager PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Bandung, Iwan Ridwan, rencananya rute tersebut akan dilalui oleh Boeing 737 aircraft jenis classic series (300, 400, 500). Informasi lengkapnya bisa dibaca di sini.

Pembukaan rute baru ini apakah akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asal Malaysia ke Indonesia, khususnya ke Bandung? Jangan-jangan malah sebaliknya, makin memudahkan kunjungan orang Indonesia ke Kuala Lumpur.

Jumlah wisatawan asal Indonesia yang melancong ke Malaysia memang meningkat cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 2.506.509 orang dan naik 7,04 persen dari tahu 2009. Orang Indonesia yang berkunjung ke Malaysia tidak hanya sekadar untuk berwisata tetapi banyak juga yang datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan atau berobat ke rumah sakit di negeri tetangga itu. Dalam catatan Kementrian Pariwisata Malaysia, Indonesia tercatat sebagai penyumbang wisatawan terbesar kedua setelah Singapura (13.042.004 orang).

Untuk menarik minat para wisatawan agar melancong ke negeri jiran tersebut, Malaysia telah melakukan kemudahan izin tinggal bagi wisatawan dari 6,4 hari menjadi 8 hari. Dengan fasilitas ini tampaknya target 36 juta wisatawan akan berkunjung ke Malaysia pada tahun 2020 kemungkinan akan dapat tercapai.

Di berbagai media promosi pariwisata dunia, Malaysia tercatat sebagai The Most Popular Tourist Destinations in the ASEAN Region. Berdasarkan perkiraan Malaysia Tourism Industry Forecast 2011-2013, pada tahun 2013 Malaysia akan meraih 70 miliar ringgit (22,4 miliar dolar AS atau Rp 201,6 triliun) dari wisatawan mancaneganya. Jika target 36 juta wisatawan pada tahun 2020 tercapai, Malaysia akan memperoleh 3 miliar ringgit/minggu dari sektor pariwisatanya, atau setara dengan 156 miliar ringgit/tahun (sekitar Rp 450 triliun).

Pariwisata Malaysia berkembang dan tumbuh luar biasa pesat pada lima tahun terakhir ini. Negara itu gencar mempromosikan obyek wisata, kekayan tradisi budayanya, termasuk ikon promosinya yang sensasional dan cukup kontroversial: the Truly Asia. Malaysia menggelar berbagai festival, karnaval, atraksi budaya; dan menyelenggarakan beberapa even kelas internasional. Organisasi Melayu Dunia setiap tahun menggelar DMDI (Dunia Melayu, Dunia Islam).  Perhelatan akbar  ini mengusung acara simposium dan festival tahunan di Melaka.

Di samping memperkenalkan ikon baru pariwisatanya: Malaysia the Second Home,  pada tahun 2011 ini Malaysia gencar melakukan promosi  ke beberapa negara. Tercatat --selain ke Indonesia dan negara-negara yang jadi pasar utama wisatawannya-- Malaysia juga berpromosi ke negara-negara Arab Saudi, India, dan China.

Pariwisata akan menjadi soko guru utama perekonomian Malaysia karena selain memberi kontribusi pada product domestic bruto-nya, juga menaikkan pendapatan per kapita rakyatnya. World Development Indicators Database yang dirilis Bank Dunia dua tahun yang lalu menunjukkan pendapatan per kapita rakyat Malaysia pada tahun 2008 berada pada posisi 13.740 dolar AS. Pada tahun 2011 angka tersebut sudah menyentuh 15.300 dolar AS. Bandingkan dengan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang baru pada posisi 3.830 dolar AS. Itu berarti pendapatan per kapita rakyat di Malaysia 3,59 kali lebih besar dibandingkan pendapatan per kapita rakyat Indonesia. Malaysia berada di urutan 79 dan Indonesia di urutan 146.

Tapi jangan berkecil hati, Kawan. Gross National Product (GNP) Indonesia justru jauh melebihi Malaysia. Untuk urusan GNP atau PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia berada di urutan ke-19, bahkan, terkaya di dunia. PDB Indonesia mengalahkan negara-negara maju, seperti Belgia, Swiss, Swedia, Norwegia, Denmark, dan Arab Saudi. Total PDB Indonesia berdasarkan data Bank Dunia itu sebesar 514 miliar dolar AS. Artinya, jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah negara Indonesia per tahunnya mencapai angka nominal Rp 5.000 triliun lebih.

Rupanya kita harus lebih banyak mawas diri serta meningkatkan intensitas istighfar kita agar kekayaan yang melimpah tersebut benar-benar bisa diberdayakan untuk kesejahteraan segenap bangsa; siapa pun, di mana pun, termasuk untuk saudara-saudara kita yang saat ini sedang hidup tersaruk-saruk, mengadu nasib, mengais rezeki di negeri orang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline