[caption id="attachment_168788" align="aligncenter" width="500" caption="KRI Nanggala-402 merapat di Dermaga Ujung Surabaya (Foto: Dok Dispenarmatim)"][/caption] Setelah menjalani pelayaran selama 17 hari dari Korea Selatan, akhirnya kapal selam KRI Nanggala-402 Senin (6/02) pukul 10.00 WIB merapat di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya.
Kapal selam ini baru saja selesai menjalani perbaikan dan pemeliharaan total (overhaoul) di Galangan Kapal Marine Engineering Korea Selatan. Perbaikan berlangsung selama 24 bulan meliputi perbaikan bangunan kapal, penggantian battere, overhaoul motor pokok, overhaoul generator, serta perbaikan pendukung lainnya. Disamping itu, selama perbaikan di Korea Selatan, KRI Nanggala-401 juga telah menjalani modernisasi alat komunikasi radio, sistem kendali senjata, sonar, radar serta alat bantu navigasi GPS (Global Positioning System).
[caption id="attachment_168789" align="alignleft" width="400" caption="Kasal Laksamana TNI Soeparno selesai meninjau KRI Nanggala-402 (Foto: Dok Dispenarmatim)"]
[/caption]
Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, perbaikan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tempur KRI Nanggala-402 yang merupakan kekuatan pemukul strategis TNI Angkatan Laut. Diharapkan, dengan perbaikan dan pemeliharaan total, kapal selam ini memiliki daya gentar yang lebih tinggi. Perbaikan ini juga dilaksanakan sebagai bentuk modernisasialutsista dalam mendukung tercapainya Minimum Essential Force (MEF).
Jumlah kapal selam yang dimiliki TNI Angkatan Laut saat ini dua unit. Dibandingkat luas wilayah perairan kita, jumlah tersebut memang belum mencukupi. Kepada para wartawan Kasal menyampaikan bahwa jumlah ideal untuk memenuhi Minimum Essential Force adalah enam kapal selam. Dengan jumlah itu paling tidak tiga ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) bisa ter-cover dengan baik.
Di tempat yang sama Ketua Komisi I DPR RI, Machfoedz Siddiq, menyampaikan bahwa sebagian besar alutsista kita memang sudah tua sehingga perbaikan memang merupakan suatu keniscayaan. Tuanya perlatan tempur yang dimiliki TNI berdampak besar terhadap ancaman perekonomian Indonesia. Lebih lanjut Machfoedz menyampaikan bahwa ancaman perekonomian sebagaian besar berada di wilayah maritim. Setiap tahun Indonesia menderita kerugian sekitar 40 trilyun rupiah sebagai akibat adanya ilegal fishing, ilegal logging, dan kegiatan-kegiatan ilegal lainnya.
[caption id="attachment_168790" align="alignright" width="397" caption="Perangkat Pusat Informasi Tempur KRI Nanggala-402 yang baru dimodernisasi (Foto: Dok Dispenarmatim)"]
[/caption]
KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam buatan Jerman yang dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1981. Kapal selam tipe 209/1300 ini digerakkan oleh diesel elektrik. Panjang secara keseluruhan 59,57 meter, lebar 6 meter dengan bobot mencapai 1300 ton. Senjata andalan yang dimiliki adalah Torpedo SUT (Surface and Underwater Target).
Kapal selam berusia 22 tahun ini telah mengalami tiga kali perbaikan. Perbaikan pertama dilaksanakan di Jerman pada tahun 1988. Perbaikan kedua pada tahun 1998 di PT PAL Surabaya. Perbaikan ketigas dilaksanakan di Korea Selatan pada tahun 2010 – 2012.
Selesai menjalani perbaikan untuk yang ketiga kalinya ini, KRI Nanggala-402 bertolak dari Korea Selatan pada tanggal 21 Januari dan tiba di Indonesia hariSenin 6 Februari 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H