Lihat ke Halaman Asli

Korban Merapi Dimanfaatkan, Jangan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_317223" align="aligncenter" width="400" caption="2207 Pengungungsi Merapi Padati Stadion Maguwoharjo (sumber: google)"][/caption]

Bencana erupsi Gunung Merapi sungguh telah mengguncang kesadaran bangsa Indonesia, bahkan warga dunia akan arti persaudaraan. Aroma solidaritas pun merebak di mana-mana. Bantuan  mengalir begitu deras dari perorangan, LSM, instansi pemerintahan, dan dari luar negeri.

 

Semangat membantu korban bencana Merapi begitu besar. Para pengumpul dana bantuan berjejer sepanjang pinggir jalan, di mall, di terminal, di taman-taman kota. Mereka semua mengatasnamakan bantuan untuk para korban Merapi.

Kemarin dalam perjalanan menuju salah satu rumah sakit pemerintah di Surabaya, saya berhenti sejenak dan masuk bilik ATM di Kawasan Lidah Kulon, Surabaya. Di luar telah menunggu seseorang dengan segepok amplop di tangannya. Selembar di antaranya diserahkan kepada saya. Kop suratnya menyatakan nama sebuah yayasan dan memohon bantuan untuk korban Merapi.

Siang ini, pukul 10.00 WIB ketika masuk ke kantor pos, di Lidah Kulon, Surabaya, di ambang pintu masuk telah berdiri seseorang dan menyodorkan amplop kepada setiap pengunjung kantor pos tersebut. Ia mengaku sebagai perwakilan dari sebuah yayasan yang sedang menggalang dana untuk para korban letusan Gunung Merapi.

Beberapa bulan yang lalu tidak sedikit para pencari dana yang menyambangi rumah per rumah dengan mengatasnamakan pengurus yayasan, pondok pesantren, atau panti asuhan. Orang-orang itu datang dengan membawa proposal yang ditandatangi oleh ketua yayasan, pimpinnan ponpes, atau ketua panti asuhan. Namun, minggu-minggu terakhir  ini tiba-tiba saja benbondong-bondong orang datang meminta sumbangan untuk korban letusan Gunung Merapi. Lantas kemanakah perginya para pencari sumbangan yang dahulu mengatasnamakan pembangunan masjid, pesantren dan panti asuhan itu?

Maafkan Tuhan, kalau tiba-tiba saja saya jadi bersu’udhon dan berpikir jangan-jangan orang-orang yang selama ini datang menyambangi rumah hambamu ini hanya akal-akalan saja. Ulahnya mengutip sumbangan untuk anak yatim itu hanya taktik akal bulus mereka. Terbukti, begitu trend penggalangan dana untuk korban bencana alam merebak di mana-mana, proposal bantuan pembangunan sarana ibadah  dan rumah yatim piatu menghilang dari tangan mereka lalu berganti menjadi proposal sumbangan untuk korban letusan Gunung Merapi. Astaghfirullah!  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline