Lihat ke Halaman Asli

Apa Kabar "Riset" di Indonesia?

Diperbarui: 16 Februari 2019   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.cutm.ac.in

Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Riset digunakan untuk melakukan penyelidikan intelektual atas sebuah persoalan, fakta  maupun peristiwa yang terjadi. Hasil penyelidikan intelektualnya itu, kemudian disebut dengan Ilmu pengetahuan (sains dan teknologi).  

Ilmu pengetahuan tidak pernah mandul dalam upaya memberikan manfaatnya pada dunia termasuk Indonesia. Seakan Ilmu pengetahuan adalah pisau analisa yang mampu merobek misteri yang sukar sekalipun dijelaskan dengan logika telanjang. Ilmu pengetahuan amat erat kaitannya dengan riset, hingga antara ilmu pengetahuan dan riset tidak dapat dipisahkan. Sebab, ilmu pengetahuan lahir dari sebuah riset. Hal tersebut, yang membuat llmu pengetahuan dapat memberikan manfaatnya dengan tepat.

Diakui atau tidak, kondisi riset di tanah air masih terbilang memprihatinkan. Aktifitas riset pun dinilai masih amat terbatas. Kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) juga masih tertinggal dari negara-negara lain. Begitu besar urgensi riset dalam menentukan maju serta berkembang tidaknya suatu Negara.

Peringkat Riset Indonesia di Dunia

Terdapat sebuah portal yang menghitung data penelitian berdasaarkan publikasi ilmiah yang terekam di basis data Scopus yaitu Scimago. Menurut portal tersebut, jumlah penelitian yang terekam dalam kurun waktu tahun 1996 sampai 2014, tercatat ada 32.355 publikasi ilmiah Indonesia yang dihasilkan. Dengan angka tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari total 239 negara yang terdaftar di Scimago, dengan AS berada di peringkat teratas (8.626.193 publikasian).

Jumlah karya penelitian Indonesia tersebut kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura yang jumlah publikasi ilmiahnya sebanyak 192.942 dan berada di peringkat ke-32, Malaysia (153.378; 36) dan Thailand (109.832; 43). Jika tidak meningkatkan produktivitas penelitiannya, bukan tidak mungkin Indonesia akan disalip oleh Vietnam yang dalam kurun waktu sama telah menghasilkan 24.473 publikasi ilmiah (peringkat ke-66).

Beberapa faktor penghambat produktifitas riset

Indonesia masih memiliki berbagai masalah tentang pelaksanaan riset sendiri. Masalah-masalah yang ada cukup urgent untuk diselesaikan demi kelancaran pembangunan negara; hal itu akan memengaruhi kualitas, penerapan, serta output dari riset yang Indonesia miliki. Saya ingin memaparkan beberapa masalah yang dihadapi Indonesia demi mengoptimalkan riset sebagai solusi pembangunan bangsa. Secara garis besar setidaknya ada 3 faktor penghambat.

1. Anggaran riset Indonesia,

Selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, Indonesia hanya menganggarkan 0.08% dari pendapatan domestik bruto (PDB) untuk keperluan penelitian dan riset. Padahal, menurut Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lukman Hakim, negara yang sukses membangun ekonomi adalah negara dengan rasio anggaran riset minimal satu persen – seperti negara-negara di Asia lainnya – dari PDB Singapura, yang lebih lama merdeka dari Indonesia dalah negara yang menganggarkan PDBnya paling tinggi di kawasan Asia Tenggara dengan 2.43%, Malaysia dengan 0.63% berada di posisi kedua. Di kawasan Asia, Indonesia berada di posisi ke-11, bahkan tertinggal dari Kuba yang berada di peringkat 59.

2. Jumlah peneliti masih belum ideal,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline