Lihat ke Halaman Asli

Batas Ruang Privasi

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau mau berbicara pada hal yang paling pribadi pun, rasanya saya tidak pernah bersungguh sungguh untuk membuka semuanya disini, bukan karena saya tidak bisa menyajikan sesuatu yang lengkap, tapi lebih pada hal2 yang bisa mempengaruhi saya untuk tetap dengan pakem tulisan dengan karakter saya sendiri. Ya begitulah saya, karena manusia selalu mempunyai ruang privasinya masing2, itu hak saya atau hak mereka2 juga dengan pilihanya dengan segala rahasia dan alasanya, barangkali ini bukan sesuatu yang salah, bukan juga kemudian di anggap sebagai sikap yang anti mainstream. Kalopun tetep maksa saya di bilang terlalu menutup diri, ahh itu pernyataan yang cenderung tidak betul yang hanya bisa keluar dari mulut orang2 yang rasa ingin tahunya terlalu gede. Kaya maksa. Hehe Seiring bumi yang sudah makin tua pada akhirnya munculah fenomena baru banyaknya orang2 kepo. haha! *bukan saya

Sejak kali pertama saya bisa duduk menyanggah badan saya sendiri dengan tegap, baru kali ini dan barusan kemarin-- saya ketiban pelajaran hebat soal proses kedewasaan seseorang. Orang yang baru saya kenal, terlebih tidak pernah tahu wujud rupa dan perangainya kaya gimana, maksa sekali buat nanya ini itu tentang kepribadian seseorang, tentang masa lalu seseorang, tentang apapun yang punya tendensi seperti ingin tahu banyak. Terkesan semangat banget seperti orang lagi di sibukan dengan deadline tesis tugas skripsi. Hehe

Bukan tidak mau membuka diri atau tidak welcome kepada orang yang baru dikenal, tapi lebih pada menjaga diri saja dari satu hal yang di anggap perlu untuk tidak membagikan masalah2 pribadi saya kepada sembarangan orang. Satu catatan yang barangkali bisa saya pegang sampai sekarang, saya hanya lebih pada bersikap selektif aja untuk bisa memilih orang yang dinilai punya kedekatan secara emosional, kedekatan yang memang sudah menjadi satu paket dari arti dan makna sebuah kepercayaan. Intinya lebih pada bagaimana cerdas memilih orang jika harus menitipkan sebuah masalah pribadi.

Dari sikap orang2 seperti itu, saya melihatnya layaknya seorang detektif atau paparazi. padahal sih sebenernya bukan sepenuhnya di nilai sebagai sesuatu yang negatif, tapi lebih pada sebuah kepantasan, etis atau tidak etis. Lah kalo tiba2 saja ada orang yang baru dikenal kemudian dia lantang melemparkan pertanyaan tentang gajinya berapa atau agamanya apa, siapapun risih untuk sekedar memberikan jawaban. Malah kalo di Amerika sana orang yang menanyakan umur saja di anggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas. Dinilai terlalu masuk ke ranah pribadi, sehingga orang merasa privasinya terganggu..

Seperti halnya ketika saya meminjam hape teman saya sendiri, ini sekedar contoh: lalu kemudian membuka beberapa file dan folder terlalu jauh, istilahnya mengobok obok kepemilikan orang lain, apalagi kalo sampai membuka isi SMS, jelas itu melanggar kode2 kesopanan dan kepatutan, bukanya tanpa alasan: karena disitu ada ruang privasi, ada batasan dan ada hal2 yang tidak etis buat di lakukan (masuk terlalu jauh), istilah bahasa orang jaman dulu mah namanya ' pamali '. Betul apa betul? Hehee..

Tuhan saja untuk urusan tertentu kadang selalu merahasiakan untuk tidak bisa di ketahui oleh siapapun... Jadi, berhubung kita2 sebagai manusia yang sudah lepas dari pengaruh zaman kehidupan nomaden, Attitude itu harus di pakai. Jangan sampai hanya gara2 ingin tahu banyak tentang masalah pribadi artis tertentu, termasuk semua yang di pakainya, lantas kemudian kita lupa dengan nomer celananya sendiri. Itu hanya sebentuk kecil efek buruk dari seorang yang punya label kepo. tidak baik untuk di tiru. Intinya sih segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sederhanakan saja, apapun.


Salam.

http://yayackfaqih.blogspot.com/2014/03/batas-ruang-privasi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline