Lihat ke Halaman Asli

Mardiyah

Mahasiswa

Politik Dalam Pandangan Generasi Muda: Antara Kekecewaan dan Ketidak Pedulian

Diperbarui: 31 Desember 2024   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak generasi muda di Indonesia yang menunjukkan sikap apatis atau kecewa terhadap partai politik. Mereka diharapkan membawa perubahan besar dalam kehidupan politik tanah air, namun kenyataannya banyak yang merasa semakin menjauhi dunia politik, khususnya dari partai politik saat ini. Fenomena ini menunjukkan semakin besarnya kesenjangan antara generasi muda dengan sistem politik yang ada, yang sering dianggap tidak relevan dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan masyarakat.
 Salah satu alasan utama mengapa generasi muda semakin meninggalkan partai politik adalah ketidakpuasan terhadap kinerja partai politik yang ada. Banyak generasi muda yang merasa partai politik hanya mencari kekuasaan dan tidak peduli sama sekali terhadap nasib masyarakat, terutama mereka yang berada di usia kerja. Politik sering kali gagal memenuhi harapan kaum muda dan menjadi bias terhadap keuntungan jangka pendek dan politik kekuasaan. Contohnya adalah janji-janji politik yang seringkali tidak ditepati, dan bahkan kebijakan-kebijakan yang berdampak negatif terhadap generasi muda, seperti tingginya angka pengangguran, tingginya biaya pendidikan, dan melebarnya kesenjangan ekonomi.
 Kalangan muda juga mempunyai kesan bahwa partai politik seringkali dikuasai oleh elite politik yang tidak transparan dan tidak peka terhadap realitas sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat, khususnya generasi muda. Situasinya semakin buruk ketika para politisi lama ikut terlibat, karena mereka dianggap tidak peka terhadap keinginan dan kebutuhan generasi muda. Misalnya, partai politik sepertinya terjebak dalam rutinitas politik yang sama, lebih fokus pada dinamika internal dan kekuasaan dibandingkan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat, seperti kualitas pendidikan, kesempatan kerja, dan pemberdayaan ekonomi.
 Fenomena ini juga diperburuk dengan minimnya inovasi pendekatan politik di banyak partai politik. Kaum muda kini lebih terbuka terhadap bentuk-bentuk baru keterlibatan politik, termasuk melalui media sosial, aktivisme, dan gerakan sosial independen yang bebas dari birokrasi dan politisasi yang sering dikaitkan dengan partai politik. Mereka cenderung mendukung gerakan yang lebih langsung, fleksibel dan konkrit yang tidak bergantung pada partai politik untuk membawa perubahan.
Selain kekecewaan, ketidakpedulian juga menjadi salah satu alasan penting mengapa anak muda semakin menjauh dari partai politik. Banyak yang merasa bahwa politik itu terlalu rumit, tidak menarik, dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Ditambah lagi, tingkat kepercayaan terhadap sistem politik yang ada, termasuk partai politik, semakin menurun. Survei-survei yang menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi politik di kalangan pemilih muda, baik dalam pemilu maupun dalam kegiatan politik lainnya, menjadi bukti konkret bahwa anak muda cenderung tidak tertarik dengan politik formal yang ada. Mereka lebih memilih fokus pada bidang yang lebih mereka minati, seperti pendidikan, karir, atau kegiatan sosial yang lebih langsung terasa dampaknya.

Namun, meskipun sikap apatis dan kekecewaan terhadap partai politik cukup tinggi di kalangan anak muda, bukan berarti mereka sepenuhnya menutup diri terhadap politik. Banyak di antara mereka yang terlibat dalam bentuk-bentuk partisipasi politik yang lebih non-formal, seperti ikut serta dalam demonstrasi, menyuarakan pendapat di media sosial, atau mendukung inisiatif-inisiatif yang dianggap lebih relevan dan progresif. Mereka ingin melihat perubahan yang lebih nyata, lebih cepat, dan lebih berpihak pada kepentingan mereka.Di sisi lain, ketidakpedulian dan kekecewaan ini juga menjadi tantangan besar bagi partai politik itu sendiri. Jika partai-partai politik tidak bisa menanggapi kebutuhan dan harapan generasi muda, maka masa depan mereka dalam struktur politik Indonesia akan semakin terancam. Untuk itu, partai politik harus mampu bertransformasi, menjadikan anak muda sebagai bagian integral dari perencanaan dan pengambilan kebijakan. Mereka harus lebih mendengarkan suara-suara anak muda, bukan hanya sebagai alat untuk meraih suara dalam pemilu, tetapi sebagai aktor yang mampu memberikan solusi atas persoalan-persoalan riil yang mereka hadapi.

Secara keseluruhan, pandangan anak muda terhadap partai politik saat ini adalah campuran antara kekecewaan dan ketidakpedulian. Meskipun demikian, ini bukan berarti bahwa politik tidak memiliki tempat di hati mereka. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk partai-partai politik agar lebih peka terhadap dinamika dan harapan generasi muda, serta berusaha lebih keras untuk merangkul mereka dalam proses politik yang lebih inklusif dan relevan. Tanpa perubahan yang mendalam, kepercayaan anak muda terhadap partai politik akan terus menurun, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem politik itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline