Era digital seperti saat ini, dengan akses informasi mudah penyedia data melimpah, validasi informasi menjadi salah satu hal penting untuk menjadi pertimbangan. Dengan beragamnya latar belakang serta tujuan penyebaran informasi tentunya sebuah data bisa berubah sudut pandang apabila dikemas dengan cara yang berbeda. Sebuah pesan akan diikuti oleh wacana untuk memberikan nilai tambah pada pesan yang disampaikan.
Sebagai netizen yang mengakses jutaan informasi melalui genggaman tangan, tentunya memahami seperti apa pesan disampaikan serta wacana yang dimunculkan menjadi sebuah keharusan. Agar tidak mudah terbawa oleh informasi yang sengaja digiring untuk kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu yang merugikan pihak lain.
Pemahaman mengenai wacana dapat dimulai dengan mengenai istilah wacana. Istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta wac yang memiliki arti berkata dan mengalami perubahan menjadi wacana. Penambahan kata ana adalah bentuk akhiran yang memiliki makna pembeda. Dalam kamus bahasa Jawa kuno karangan Wojowasito, kata wacana berarti perkataan.
Para ahli bahasa mengemukakan alih bahasa wacana dari kata bahasa inggris, yaitu discourse. Kata discourse sendiri mengambil istilah latin discursus yang berarti 'lari ke sana kemari' dan 'lari bolak- balik'. Discourse dalam bahasa Inggris diartikan sebagai "komunikasi kata-kata", "ekspresi gagasan-gagasan", "percakapan", dan "risalah tulis berupa naskah pidato, ceramah dan sebagainya"
Wacana secara sederhana, adalah bagaimana sebuah objek atau gagasan dibicarakan secara terbuka kepada masyarakat sehingga menyebarkan pemahaman tertentu secara luas. Wacana juga bisa diartikan sebagai perkataan ketika komunikator menyampaikan sesuatu tentang sesuatu kepada komunikan.
Alex Sobur dalam bukunya menerangkan bahwa wacana memiliki beberapa pengertian
- Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversi atau percakapan.
- Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu objek studi atau pokok telaah.
- Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; atau khotbah.
Dalam proses wacana, bahasa memiliki peran penting sebagai mediator. Wacana mencakup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra, dan persuasi. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, Alex Sobur dalam bukunya merangkum pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan subjek yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
Mills, dengan mengacu pada pendapat Focault membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam, yaitu
- Wacana dilihat dari level konseptual teoritis diartikan sebagai domain umum dari semua pernyataan yaotu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata.
- Wacana dilihat dari konteks penggunaan wacana diartikan sebagai sekumpulan penyartaan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
- Wacana apabila dilihat dari metode penjelasan merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan
Analisis wacana adalah suatu metode untuk mengkaji wacana yang terkandung dalam pesan komunikasi secara tekstual maupun konstekstual. Analisis wacana menganalisis bahasa yang digunakan masyarakat secara alamiah baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Kajian wacana dapat dipergunakan untuk kepentingan secara luas. Dalam kajian linguistik misalnya, wacana digunakan untuk menyebut unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Wacana merupakan satuan kebahasaan terlengkap, yang dalam hierarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar yang dapat direalisasikan atau diwujudkan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau suatu karangan utuh.
Menurut Pawito, analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik scara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian diantaranya berupa teks, seperti naskah pidato, transkrip sidang, transkrip wawancara, atau perdebatan di forum sidang parlemen, artikel yang termuat di surat kabar, buku-buku bahkan iklan kampanye pemilihan umum. [10]