Lihat ke Halaman Asli

Maya Batari

Single Cool

Rahasia Sang Pewaris #Bab 11

Diperbarui: 9 April 2021   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Semua memang tidak bisa berjalan seperti keinginan hati kita. Adakalanya Tuhan membelokkan sedikit jalan itu, agar kita melihat keindahan di sisi yang lain. Demikian juga yang harus dialami Utari.

Gadis itu dapat menyimpulkan, jika Bagus Pandhita adalah pria paling berisik di atas muka bumi. Sesibuk apapun pria itu dengan jadwal harian, di manapun pria itu berada, dia tidak pernah absen mengirimkan pesan di ponsel gadis itu.

Jika Utari semula jengah dan tidak nyaman dengan perlakuan Bagus, maka kini dia mulai merasakan sebaliknya. Sehari saja pria itu tidak menghubungi, maka dunianya terasa begitu sepi. Dia akan bolak balik memeriksa ponsel, siapa tahu ada pesan yang masuk dari Bagus.

Utari juga memenuhi janji, dengan tidak memakai cincin pertunangannya. Lagipula mereka memang bukan pasangan romantis, yang akan berbangga hati jika tampil di hadapan umum. Utari sama sekali tidak mau hubungan mereka terendus siapapun. Utari masih berusaha untuk menerima hubungan yang dipaksakan itu.

Bagus memang tidak marah, namun diamnya pria itu berarti banyak hal. Utari merasa sedikit was-was dengan sikap tenang pria itu. Bahkan entah hubungan seperti apa yang terjalin di antara mereka. Karena meski sudah bertunangan, namun tidak sekalipun Bagus berkunjung ke rumah.

Sudah tiga minggu semenjak Bagus memberikan cincin, namun sekarang mereka malah sangat jarang bertemu. Bagus seperti ingin menghindar. Jika dahulu pria itu rajin menyambangi setiap bagian, maka kantor Utari adalah pengecualian. Bagus tidak pernah menampakkan batang hidungnya sejak tiga minggu terakhir. Bahkan Utari mengetahui pria itu sedang pergi ke Bali, juga dari obrolan beberapa staf.

Bagus Pandhita tidak pernah membicarakan masalah jadwal hariannya. Utari juga tidak ingin mengetahui kesibukan pria itu. Meski mereka tetap saling mengirim pesan, tidak sekalipun hal itu berhubungan dengan pekerjaan. Mereka biasanya hanya bertegur dengan hal yang remeh temeh.

"Anterin kue ini ke rumahnya Mas Bagus, ya. Ini kan sudah tiga minggu, masa calon mantu belum pernah mengunjungi rumah calon mertua." Rika menyodorkan keranjang berisi aneka macam kue basah yang sudah dihias.

"Tapi, Ma. Riri kan malu, masa belum apa-apa sudah harus kunjung?" elak Utari yang baru saja menghabiskan potongan terakhir apel di piring.

"Tidak usah banyak alasan. Cepat mandi dan ganti baju!"

"Sendirian?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline