[caption caption="masa aksi di Jalan Purnawarman (Depan BEC) sumber : twitter @lord_kobra"][/caption]Inilah potret kota Bandung, di mana para PKL (Pedagang Kaki Lima) lagi-lagi menjadi objek untuk sebuah penataan kota. Kali ini, yang menjadi korban adalah PKL Purnawarman. Mereka dan beberapa elemen masyarakat pun turun ke jalan untuk melawan dan menyuarakan hak-hak mereka. Dengan bermodalkan spanduk yang bertuliskan “Mundur Ditindas atau Maju Melawan”, seolah merepresentasikan bahwa perlawanan yang mereka lakukan tidak akan pernah padam.
Hal lain yang menarik perhatian saya adalah lambang anarkis yang terpampang secara eksplisit pada spanduk tersebut. Sebuah cerminan bahwa paham anarkisme mulai berkembang. Sudah saatnya masyarakat tersadar bahwa stigma pergerakan anarkis tidak melulu bersifat destruktif, bahkan inilah bentuk ekspresif dari pergerakan tersebut.
Bahkan Alexander Berkman, dalam buku “What is Communist Anarchist” pernah menulis bahwa “anarkisme bukan sebuah Bom, ketidakteraturan atau kekacauan.” Anarkisme haruslah dipahami sebagai ideologi untuk mencapai kebebasan tanpa keteraturan, dengan tetap menjunjung kesetaraan. Perjuangan yang mereka (PKL) lakukan pun adalah bentuk dari sebuah pergerakan yang didasari oleh kemanusiaan, kebersamaan, dan kesetaraan. Semoga perjuangan kalian akan memetik keberhasilan, viva la anarchia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H