Indonesia adalah negara dengan penduduk yang mayoritas penduduknya beragama islam. Masyarakat islam biasanya merayakan bulan suci ramadhan setiap tahunnya. Momen bulan suci Ramadhan memiliki kaitan yang erat dengan perubahan konsumsi masyarakat muslim, serta meningkatkan media seperti menghadirkan iklan bernuansa Ramadhan.
Marjan merupakan produk sirup yang selalu memproduksi iklan pada saat akan menjelang bulan Ramadhan. Di sini kita akan menganalisis dan membahas mengenai iklan sirup Marjan yang tayang pada paruh waktu ramadhan 2022.
Pada analisis ini akan menggunakan teori semiotika John Fiske, karena teori ini membahas mengenai kode- kode televisi yang memiliki tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi adalah bagian dari semiotika John Fiske (Vera, 2014). dari kode-kode tersebut nantinya akan tergambar bagaimana realitas yang dikonstruksikan pada iklan Marjan, yang mengangkat unsur cerita fiksi super hero dengan memakai level analisis pertama, yaitu realitas dari sebuah kode tampilan, kostum, gesture, ekspresi, suara, percakapan, dan teks.
Level Realitas
https://www.youtube.com/watch?v=ldPMjIswgoo
https://www.youtube.com/watch?v=ldPMjIswgoo
Level Representasi
Teknik pengambilan gambar yang dipakai dalam pembuatan video iklan ini meliputi medium close up (MCU), close up (CU), medium shot (MS), dan long shot (LS). Pada detik-detik awal iklan, pencahayaab pada beberapa scene menggunakan cahaya naturak berupa sinar matahari. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengambilan gambar yang mayoritas dilakukan di luar ruangan yakni hutan. Baru, pada detik-detik terakhir scene mulai menggunakan artificial light. Hal ini disebabkan oleh scene akhir yang berlokasi di dalam ruangan bersama beberapa orang. Artificial light memiliki fungsi untuk memperkuat intensitas cahaya yang diperlukan dalam pengambilan gambar pada sebuah objek (Herwanto & Sutrisno, 2019). Selanjutnya, suara yang dipakai oleh iklan marjan ini merupakan suara jenis orchestra. Fungsi sebuah suara dalam film adalah untuk meningkatkan suasana, serta dapat juga bertujuan untuk menurunkan emosi sesuai kebutuhan film untuk penontonnya. Musik dalam film dapat merangsang dan juga mengarahkan perasaan sesuai dengan apa yang dilihat melalui visual (Pratama & Rozak, 2021). Iklan marjan yang mengenakan instrument orchestra ini adalah untuk mengambarkan nuansa dan situasi yang menegangkan, namun pada beberapa scene akhir nuansa musik berganti menjadi nuansa perayaan. Hal ini terjadi karena pada scene akhir sang perempuan ksatria telah berhasil melawan musuh, sehingga nuansa musik pun berganti ke arah nuansa perayaan.
Level Ideologi
Pada iklan marjan ini dijelaskan bagaimana seorang perempuan ksatria yang bernama Dewi Sri tengah membantu masyarakat desa Lembah Ajaib untuk perayaan panen raya. Namun, pada saat hari itu tiba Wereng dan para pasukan hamanya menyerang desa Lembah Ajaib. Untuk itu Dewi Sri pun berupaya untuk mengusir Wereng dan pasukan hama dengan caping pusakanya. Karakter dalam iklan Marjan ini dijelaskan melalui tata rias serta kode, seperti yang diketahui pemeran dalam iklan marjan ini ialah sosok pahlawan perempuan yang masih tergolong muda atau biasa disebut dengan nama Dewi Sri. Pemvisualisasian Dewi Sri yang merupakan dewi kemakmuran di pulau Bali, karena di sana ketika akan bertani yang dipuja-puja adalah Dewi Sri yang diyakini masyarakat Bali sebagai dewi kemakmuran (Anggraini, 2020).
Pada awal scene Dewi Sri sedang melalukan petualangan untuk mencari caping pusaka, namun ditengah perjalanan tokoh dihadang oleh Wereng dan pasukan hama. Lalu, Dewi Sri memakai memedi sawah untuk melakukan perlawanan. Setelah Wereng dan pasukan hama berhasil terkalahkan, Dewi Sri berhasil merebut caping pusaka kembali. Kebanyakan latar yang terlihat pada iklan marjan ini adalah tentang warga desa yang berprofesi sebagai petani. Pada beberapa scene juga diperlihatkan bahwa Dewi Sri ini digunakan sebagai lambang feminisme.