Langit Jakarta pagi itu cerah, tapi terasa panas. Saya duduk di salah satu kedai kopi kekinian, melihat sekelompok anak muda sibuk dengan laptop mereka. Sebagian tampak serius mengedit video, lainnya asyik berbincang sambil menunjuk layar ponsel. Ini generasi Z yang lahir di era digital, tumbuh di tengah disrupsi teknologi.
"Gen Z itu beda. Mereka nggak cuma cari produk, mereka cari pengalaman," ujar seorang teman, sambil menyeruput es kopi susu.
Saya mengangguk setuju. Sebagai kelompok usia yang kini mendominasi populasi konsumen, perilaku mereka jelas memengaruhi arah bisnis. Tapi, tren apa yang akan muncul di tahun 2025? Apa peluangnya bagi pelaku usaha?
1. Personal Branding dan Authenticity: Era Transparansi
Gen Z dikenal kritis. Mereka tak hanya melihat produk dari harga atau kualitas, tapi juga dari nilai yang diwakili sebuah brand. Authenticity atau keaslian menjadi kata kunci.
Lihat saja tren saat ini. Usaha kecil yang memanfaatkan cerita pribadi pendirinya cenderung lebih menarik perhatian mereka. Brand lokal dengan cerita perjuangan yang otentik? Itu magnet besar.
"Tapi otentik itu nggak bisa dibuat-buat," ujar teman saya. "Kalau mereka tahu bohong, selesai sudah."
Dan dia benar. Tahun 2025 akan semakin menekankan pentingnya personal branding yang jujur. Usaha yang berani menunjukkan sisi manusiawi---kesalahan, perjuangan, bahkan kekurangan---akan lebih mudah merebut hati Gen Z.
2. Sustainable Business: Lebih dari Tren, Ini Keharusan
Pagi itu, saya teringat sebuah video viral yang menunjukkan seorang anak muda menolak membeli produk dengan kemasan plastik sekali pakai. Reaksi netizen? Mayoritas mendukung.
Generasi Z sangat peduli pada isu lingkungan. Mereka rela membayar lebih untuk produk ramah lingkungan. Tahun 2025, bisnis yang mengadopsi prinsip keberlanjutan akan berada di garis depan.
Tapi ini tidak mudah. Tidak cukup hanya mencantumkan label "eco-friendly" di kemasan. Pelaku usaha harus membuktikan bahwa seluruh rantai produksinya benar-benar berkelanjutan.