Lihat ke Halaman Asli

yas niar

yasniar

Deduktif Vs Induktif

Diperbarui: 28 September 2020   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : https://apaperbedaan.com/

Bukan tentang paragraf aja yg deduktif dan induktif, pemikiran atau logika juga ada istilah deduktif dan induktif.. belum tau? Yuk kita sama-sama cari tahu!!

Kita mulai dari pengertian dulu..

Pengertian deduktif

Ada yg tau apa itu penalaran deduktif?  Penalaran deduktif ialah logika dari umum sampai khusus, berbeda dengan penalaran induktif yang logika khusus sampai umum. 

Penalaran deduktif pada umumnya dimulai dari satu atau lebih pernyataan umum atau disebut premis yang gunanya untuk mendapatkan kesimpulan yang logis. 

Apabila premisnya benar maka kesimpulannya juga harus benar. Penalaran deduktif ini digunakan oleh ilmuwan da ahli matematika untuk membuktikan hipotesis penelitian mereka.

Ada penalaran deduktif argumen kemungkinan akan valid atau tidak valid, bisa dibilang masuk akal atau tidak. Kesimpulan Argumennya akan mengalir dari premisnya. Jika argumen nya benar maka valid, namun jika argumen benar bisa masuk akal atau tidak, kesimpulannya bisa masuk akal atau tidak tergantung argumen nya.

Sebagai contoh:

  1.  semua perempuan memiliki rambut panjang.
  2. Chika adalah seorang perempuan.
  3.  Oleh karena itu, Chika memiliki rambut yang panjang.

Argumen ini benar dan valid, namun premisnya " semua perempuan memiliki rambut panjang" tidak benar, mengapa? Karena beberapa perempuan memiliki rambut menyerupai rambut laki-laki, adabyang gondrong. Oleh karena itu ini belum tentu argumen yang masuk akal. Selalu perhatikan bahwa argumen yang valid juga tidak benar.

Ada dua jenis logika deduktif, yaitu hukum pelepasan dan hukum silogisme.

  1. Hukum pelepasan yaitu satu pernyataan kondisional tunggal dan merupakan sebuah hipotesis( hasil sementara/ dugaan) . hipotesis merupakan (P) kemudian dinyatakan kesimpilan (Q), selanjutnya disimpulan dari pernyataan dan hipotesis. Contohnya jika menggunakan bentuk pernyataan if-then(1) jika susut A lebih besar 90 derajat, maka A merupakan sudut tumpul. (2) A=125 derajat. Sehingga A merupakan sudut tumpul.
  2. Hukum silogisme , yaitu mengambil  dua buah pernyataan kondisional  kemudian membentuknya kedalam sebuah kesimpulan dengan cara enggambungkan hipotesis yang satu dengan kesimpulan yang lain. Contohnya :
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline