[caption id="attachment_370073" align="alignnone" width="646" caption="Aneka anggrek"][/caption]
Sebenarnya pengalamanku yang satu ini telah terjadi setahun yang lalu. Yah, tapi aku mengumpulkan ingatan untuk menuliskannya kembali. Saat itu seperti biasa weekend bersama keluarga kami berencana mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah, tempat wisata favorit dan paling terjangkau dari rumah, Ibuku sudah mencatat jadwal event seru dari websitenya. Menurut jadwal hari itu akan ada festival budaya nusantara. Semacam parade tari-tarian dan membawa arak-arakan barang khas dari masing-masing daerah. Tapi sebelum sampai di sana kami mampir makan siang ke sebuah tempat yang tak akan bisa kulupakan.
Sebagai anak sekolahan waktu itu aku jarang jalan-jalan, tentu saja aku takjub mengetahui ada restoran "sekeren" itu tak jauh dari rumahku. Karena rumahku berada di Bekasi bukan di Jakarta, tapi dekat sekali dengan Jakarta timur. Dengan mengendarai mobil mungil kami perlahan-lahan masuk ke daerah Jakarta Timur. Ketika Mobil Atoz kami memasuki Taman Anggrek Indonesia, ayahku tiba-tiba meminta Bang Jeni, sopir kami, untuk belok kiri dan masuk ke sana.
***
Restoran Karimata! Itulah yang tertulis di papan tulis. Sebelum kami dapat menikmati restoran kami harus menemukan tempat yang tepat di tempat parkir. Dan waw! Sepanjang mobil kami menyusuri tempat parkir, aku melihat keluar kaca mobil, ada Kontes Sanseviera. Kalian tahu apa itu Sanseviera? Ini adalah tanaman sejenis pedang-pedangan dan memang tampak seperti pedang. Di samping kontes, ada Pameran Anggrek. Jujur saja aku baru pertama kali melihat macam-macam anggrek sebanyak dan seindah ini! Ya anggrek yang dipamerkan sangat beraneka ragam.
Mari kuperkenalkan, bunga nasional Indonesia. Dengan banyak variasi. Selain itu bukan hanya anggrek, ada banyak jenis mawar. Merah, putih, hijau, oranye, mawar cokelat.
Ibuku, seorang sarjana Biologi, dengan senang hati menjelaskan pengetahuannya kepadaku. Satu fakta baru bagiku: Anggrek dan Mawar adalah jenis bunga yang mudah dikembang-biakan dengan cara penyilangan genetik. Dan karena itu varietas mereka bertambah begitu banyak. Dan aku terkejut tahu alasan mengapa The Sansaviera selalu tampak kotor dan kusam. Menakjubkan, itu karena itu tugas mereka. Ya! Mereka bertugas menangkap polusi di sekitarnya.
"Umumnya, tukang kebun atau kekasih Sansaviera, memandikan Sansaviera dengan ..," Ibuku berhenti sejenak. "SUSU!" Bisik nya.
Karimata Restaurant terletak di Taman Anggrek Indonesia. Masih merupakan bagian dari Taman Mini Indonesia Indah. Di restoran ini, menu favorit adalah Ikan Bakar Bambu. Ikan segar yang dibumbui dengan berbagai macam rasa pedas, dan kemudian koki akan menyimpannya dalam bambu dan di setiap sisi bambu, diberi daun pisang. Daun Pisang itu disumbat di kedua ujung bambu. Dan yang terakhir, ikan dalam bambu dibakar di atas kompor atau tungku tradisional. Oh ya,boleh kalian catat, bambu harus dibagi menjadi dua bagian sebelum ikan dapat diletakkan di sana. Tiba-tiba aku teringat ikan pindang, makanan khas dari Sumatera.
Ayahku memesan segelas Java Beer. Atau kita sering sebut, Bir Plethok. Menurutku Java Beer memiliki rasa yang fantastis! Yah itu karena Java Beer, well mungkin kalian yang sudah sering ikut Pekan Raya Jakarta pasti tau ini bukan bir dengan kandungan alkohol, melainkan kandungan herbal yang bisa meningkatkan kesehatan sangat baik. Khususnya untuk menjaga stamina tubuh.
Sementara Ibuku memesan segelas jus kayu manis jahe. Sebenarnya, rasanya
mirip dengan Java Beer yang mengandung herbal atau tanaman tradisional. Hanya dengan satu tegukan jus Kayu Manis ini, perut akan terasa hangat dan sehat! Adikku, Azka memesan Sunset Juice. Sunset jus diberi nama seperti itu karena warnanya seperti warna langit ketika sunset. Yap tepat sekali jus ini mengandung wortel dan pepaya. Hanya aku yang memesan Cappuccino Coffee. Hihihi.
Nah waktunya menyantap hidangan! Ikan Bakar Bambu. Kita harus ekstra hati-hati untuk memotong sebelum menelannya. Anehnya, setiap kali kita memotongnya dengan pisau dan garpu dan memindahkannya ke piring, tidak ada duri atau tulang! Tampak jelas bahwa koki di restoran ini sangat sangat terampil. Aku rasa mereka telah memotong-motongnya, sehingga ketika kita mengambil itu tidak tercampur dengan duri. Tulang dan duri ikan lele tampak berantakan tercampur dengan bumbu di piring.
Nah, yang comfortnya lagi di sini ruang di sekitar meja persegi cukup luas. Ayahku merasa ada cukup ruang untuk berbaring di samping meja. Tanpa malu-malu Ayah langsung berbaring, ditambah ada dua bantal besar yang digunakan untuk sandaran oleh ibu dan kakakku. Benar-benar tempat yang nyaman dan indah untuk makan siang dan tentu saja, tidur siang! :D
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H