Lihat ke Halaman Asli

Yasmin Nuriyah Rahmadani

Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Simak Bahaya Tren Vaping di Kalangan Remaja yang Harus Diwaspadai

Diperbarui: 3 Januari 2023   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest dan hasil edit penulis

Dalam beberapa tahun yang singkat, vape telah meledak popularitasnya, terutama di kalangan remaja. Hal ini, beriringan dengan melebarnya pasar vape di kalangan masyarakat hingga menjadi sebuah trend. Global Adult Tobacco Survey (GATS) melaporkan kebiasaan penggunaan rokok elektrik di Indonesia meningkat secara signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. GATS melaporkan populasi penggunaan rokok elektrik meningkat signifikan dari 0,3 persen pada 2011, menjadi 3,0 persen pada 2021. Vape bekerja dengan memanaskan cairan yang ada dalam tabung yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lainnya. Vaping memungkinkan pengguna menghirup nikotin dalam uap daripada asap melalui alat yang disebut vape (baik dalam bentuk pod maupun mod).

Vape populer karena tidak menghasilkan bau asap tembakau. Selain itu, harga yang ditawarkan untuk vape dan cairannya lebih terjangkau ketimbang rokok berbungkus-bungkus yang biasa dikonsumsi. Kebanyakan remaja memilih menggunakan vape (rokok elektrik) karena mereka menilai vape lebih sehat daripada rokok tradisional berbahan baku tembakau. Tetapi faktanya vape pun tak lebih aman dibandingkan rokok biasa. Vaping telah dikaitkan dengan efek akut dan subakut pada hampir setiap sistem organ.

Berikut adalah bahaya vaping bagi kesehatan:

Menyebabkan Kecanduan

Nikotin yang terkandung dalam cairan vape dapat merangsang otak melepaskan hormon dopamin dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan ketagihan. Dopamin yang mempengaruhi otak dapat menyebabkan ingin nikotin lebih banyak lagi sehingga berdampak pada sistem tubuh. Saat seseorang berhenti mengonsumsinya, tubuh akan menunjukkan gejala fisik, seperti mual, pusing, dan batuk. Jadi, vaping tidak membantu kamu untuk berhenti merokok, tapi justru membuat kamu menjadi ketergantungan.

Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular

Penyakit Kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Paparan rokok elektrik (vape) telah terbukti memiliki efek negatif pada sistem kardiovaskular. Pada perokok yang menggunakan rokok tradisional, aliran darah meningkat sedikit setelah menghisap rokok dan kemudian menurun setelah asap dilepaskan. Namun, pada perokok yang menggunakan vape, aliran darah menurun baik saat menghisap maupun melepaskan asap. Akibatnya adalah kadar oksigen dalam darah berkurang dan laju aliran di pembuluh darah turun sehingga mempengaruhi fungsi jantung. Kenapa? Karena jantung membutuhkan asupan darah dan oksigen yang memadai. Selain itu, penggunaan vape mengeluarkan partikel cair di udara yang terdiri atas partikel yang sangat halus dalam kadar lebih tinggi daripada asap rokok. Paparan terhadap partikel ini bisa memicu asma dan mengeraskan pembuluh darah hingga menyebabkan serangan jantung. Kandungan nikotin dalam banyak produk vape juga menimbulkan ketergantungan dan membahayakan sistem peredaran darah. Penelitian tentang vape ini menemukan hubungan penggunaan vape dengan kerusakan pembuluh darah yang menuju jantung. Temuan ini berkebalikan dengan promosi bahwa produk vape lebih baik daripada rokok. Artinya, orang yang terbiasa mengonsumsi vape lebih berisiko mengalami penyakit jantung daripada orang yang tidak menggunakan vape.

Menyebabkan Cedera Paru

Cairan vaping memiliki variasi zat aktif yang berbeda (acrolein, diethylene glycol, propilen glikol, nikotin, karsinogen, dll), pelarut, serta perasa. Semua senyawa ini berperan dalam daya serap dan mekanisme cedera yang berisiko membahayakan kesehatan paru-paru. Bahan kimia dalam partikel cair di udara dari vaping merupakan senyawa yang bersifat racun sehingga secara langsung dapat merusak sel epitel paru-paru. Senyawa beracun ini menyebabkan kematian sel, kerusakan alveolar, dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Vaping telah terlibat dalam bentuk cedera paru-paru berat lainnya, termasuk ARDS dan DAH. Vape berperan dalam asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan bronkitis kronis. Menghirup aerosol vaping menyebabkan penyumbatan jalan napas yang memburuk dan meningkatkan pengencangan otot yang berdampak terjadinya penyempitan jalan napas. Vitamin E asetat yang ada pada beberapa jenis rokok elektronik juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang disebut dengan e-cigarette, or vaping, product use-associated lung injury (EVALI). Kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan sesak napas yang bisa berakhir dengan gagal napas.

Meningkatkan penyakit kanker

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline