PENANGANAN DAN PENCEGAHAN PADA PENYAKIT MPOX YANG KEMBALI MENINGKAT
YASMINE ALISHA MEKKADINA/191241052
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada tanggal 14 Agustus 2024, WHO menetapkan mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern. Hal ini, disebabkan oleh peningkatan kasus mpox pada bulan Juni-Juli 2024 di wilayah Afrika dan beberapa negara di dunia. Kasus mpox di Indonesia dilaporkan sebanyak 88 kasus konfirmasi dari tahun 2022-2024. Virus monkeypox pertama kali ditemukan pada monyet laboratorium pada tahun 1958 dan kasus pertama pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Kongo.
Mpox (sebelumnya dikenal monkeypox) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus langka dari hewan atau disebut virus monkeypox, yaitu virus yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus, famili Poxviridae. Virus ini menular antarmanusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka di kulit. Virus dapat menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi, seperti tupai, monyet, atau tikus. Tidak hanya itu, virus juga dapat menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian, dan sprei.
Gejala mpox muncul dalam 5-21 hari setelah seseorang terinfeksi. Gejala awal mpox mirip dengan flu, seperti demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan. Satu sampai tiga hari setelah gejala awal, muncul ruam kulit berupa bintik merah yang menjadi benjolan berisi nanah dan timbul rasa gatal atau nyeri. Ruam akan melewati beberapa tahap sebelum mongering menjadi keropeng dan rontok. Pada umumnya, gejala mpox ringan akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, beberapa orang dapat menyebabkan komplikasi dan kematian terutama pada anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan sistem imun.
Pemeriksaan mpox dapat melalui tes darah, tes usap tenggorokan, dan biopsi kulit. Biopsi kulit dilakukan dengan mengambil sedikit jaringan kulit untuk diperiksa secara mikroskopis. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menghindari kontak dengan hewan liar yang berpotensi terinfeksi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) jika ingin kontak langsung dengan penderita, dan menghindari kontak dengan barang yang terinfeksi. Jika ingin mengonsumsi daging hewan, pastikan telah dimasak dengan baik.
Sampai saat ini, pengobatan khusus untuk mpox masih belum ditemukan, tetapi penanganan yang diberikan biasanya bersifat suportif, seperti pemberian obat penurun panas, pereda nyeri, antiinflamasi, dan menjaga hidrasi tubuh. Penderita juga harus mengisolasi diri dan menjaga kesehatan mentalnya. Mereka juga tetap bisa berkomunikasi menggunakan teknologi. Pasien mpox tidak boleh menggaruk kulit mereka dan harus membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi. Mereka juga harus menjaga kulit tetap kering, terbuka, dan rutin dibersihkan dengan antiseptik.
Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit smallpox telah berkembang sehingga dapat digunakan untuk pencegahan mpox. Langkah antisipasi yang dilakukan pemerintah terhadap wabah mpox adalah dengan mengimpor 1.600 vaksin dari Denmark, tetapi pemberiannya belum bisa dilakukan secara massal. Pemberian vaksin lebih baik diperuntukkan kepada petugas kesehatan terlebih dahulu. Penyakit mpox terbukti berbahaya, bahkan membuat pasien sangat menderita. Pencegahan terhadap penyakit ini harus kita lakukan agar tidak terinfeksi. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat, kita harus meningkatkan kewaspadaan masyarakat dengan melakukan edukasi agar masyarakat lebih paham dan terus mengawasi penyebarannya.
KATA KUNCI: Hewan, Kesehatan, Mpox, Ruam, Vaksin